Mohon tunggu...
Muzakky
Muzakky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang penggemar teknologi dengan minat mendalam terhadap inovasi. Selalu tertarik mengikuti perkembangan terbaru di dunia teknologi, baik dari sisi perangkat keras maupun perangkat lunak. Saya percaya bahwa teknologi adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Masa Depan 6G: Inovasi Berbasis Edge AI untuk Dunia Lebih terhubung

21 September 2024   19:38 Diperbarui: 21 September 2024   19:39 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Freepik/wahyu_t)

Masa Depan 6G: Inovasi Berbasis Edge AI untuk Dunia Lebih Terhubung

Era 5G yang baru saja kita masuki ternyata sudah menyiapkan panggung bagi generasi berikutnya, yaitu 6G. Dengan visi untuk menghadirkan connected intelligence, jaringan 6G diharapkan menjadi transformasi besar yang membawa komunikasi nirkabel ke level yang lebih tinggi. Dalam hal ini, teknologi Edge Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu pondasi utama dalam pengembangan 6G, sebagaimana yang diulas secara komprehensif oleh Khaled B. Letaief, Yuanming Shi, Jianmin Lu, dan Jianhua Lu dalam artikel mereka yang berjudul Edge Artificial Intelligence for 6G: Vision, Enabling Technologies, and Applications (2022). 

Mereka menegaskan bahwa AI di jaringan tepi (edge AI) tidak hanya akan mengurangi latensi dan konsumsi energi, tetapi juga menjaga privasi pengguna dengan memproses data langsung di perangkat tepi tanpa harus dikirim ke pusat cloud. Dengan target implementasi pada tahun 2030, 6G akan menghadapi berbagai tantangan baru, mulai dari kebutuhan latensi rendah hingga efisiensi energi yang lebih baik. Di sinilah Edge AI menunjukkan potensinya sebagai teknologi pengubah permainan, memberikan solusi pada masalah bottleneck yang dihadapi oleh sistem berbasis cloud computing. 

Edge AI memungkinkan jaringan menjadi lebih mandiri, dengan model pembelajaran mesin (ML) yang terdistribusi langsung di titik-titik pengguna, bukan di server pusat. Selain itu, sistem ini memperkenalkan pendekatan baru dalam alokasi sumber daya yang memungkinkan penurunan konsumsi daya hingga 20% di jaringan nirkabel, sambil tetap mempertahankan performa tinggi. Seiring dengan peningkatan konektivitas di seluruh dunia, teknologi ini diharapkan menjadi tulang punggung berbagai aplikasi mulai dari autonomous driving, smart healthcare, hingga immersive experience berbasis virtual reality dan augmented reality.

***

Teknologi Edge AI dalam jaringan 6G memiliki potensi revolusioner untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh sistem 5G. Khaled B. Letaief dan rekan-rekannya dalam artikelnya menunjukkan bahwa salah satu tantangan utama dalam implementasi 6G adalah efisiensi energi. Penggunaan AI di tepi jaringan dapat mengurangi konsumsi daya hingga 30%, sekaligus mengurangi latensi secara signifikan. 

Berbeda dengan arsitektur jaringan konvensional yang bergantung pada pusat data yang jauh, Edge AI memungkinkan pemrosesan dan analisis data dilakukan langsung di perangkat yang dekat dengan pengguna. Ini menciptakan peluang baru dalam hal efisiensi waktu dan energi, mengatasi masalah seperti latensi tinggi dan kemacetan jaringan yang kerap menjadi penghambat performa jaringan 5G. Keunggulan lain dari Edge AI adalah kemampuannya untuk menjaga privasi pengguna. 

Dalam sistem federasi pembelajaran (Federated Learning), data pribadi tidak lagi perlu dikirimkan ke pusat, melainkan dapat diproses secara lokal di perangkat pengguna. Ini merupakan terobosan besar di era di mana privasi menjadi perhatian utama, terlebih dengan regulasi seperti GDPR yang semakin ketat di Eropa dan wilayah lainnya. Penelitian ini menyoroti bahwa penggunaan teknik over-the-air federasi pembelajaran dapat meningkatkan keamanan data tanpa mengorbankan performa model AI. Dengan ini, jaringan 6G mampu menangani lebih banyak perangkat sekaligus menjaga kerahasiaan data pribadi pengguna, yang akan sangat krusial dalam aplikasi smart cities dan Internet of Everything (IoE).

Selain itu, penggabungan teknologi seperti Reconfigurable Intelligent Surfaces (RIS) dan cell-free massive MIMO memungkinkan jaringan untuk lebih fleksibel dan skalabel. RIS, misalnya, mampu meningkatkan kualitas sinyal dengan memantulkan gelombang elektromagnetik secara cerdas sehingga jaringan dapat dioptimalkan sesuai kebutuhan real-time. Ini tidak hanya meningkatkan efisiensi jaringan, tetapi juga memungkinkan terjadinya penghematan hingga 40% dalam konsumsi daya, menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2021. 

Teknologi-teknologi baru ini tidak hanya sekadar mempercepat transmisi data, tetapi juga menghadirkan solusi untuk masalah lingkungan seperti jejak karbon jaringan. Semua ini menunjukkan bahwa 6G dengan Edge AI dapat memberikan infrastruktur komunikasi yang lebih ramah lingkungan dan tangguh dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Perpaduan berbagai teknologi inovatif ini membuktikan bahwa 6G akan lebih dari sekadar peningkatan konektivitas, melainkan transformasi total dalam cara kita menggunakan teknologi. Lettief dan tim menekankan pentingnya multi-disciplinary collaboration dalam pengembangan standar dan arsitektur jaringan ini, yang membutuhkan keterlibatan para ahli di berbagai bidang.

***

Dalam keseluruhan pembahasan, jelas bahwa Edge AI memainkan peran kunci dalam transformasi jaringan 6G, membawa peningkatan yang signifikan dalam hal efisiensi energi, privasi, dan latensi. Pengembangan jaringan ini bukan hanya sekadar evolusi dari 5G, melainkan revolusi yang memungkinkan terciptanya dunia yang lebih terhubung dan cerdas. Sebagai teknologi yang dapat menghemat energi hingga 40% dan mengurangi latensi, Edge AI menunjukkan bahwa masa depan komunikasi nirkabel akan lebih berorientasi pada kebutuhan pengguna, menjaga privasi, sekaligus mendukung inovasi-inovasi seperti kendaraan otonom dan smart cities.

Namun, tantangan besar masih ada, terutama dalam hal standardisasi dan implementasi global. Artikel dari Letaief dan rekan-rekannya (2022) menjadi panduan penting dalam memahami arah yang akan ditempuh oleh industri ini, namun kerja sama lintas disiplin dan industri sangat diperlukan untuk mewujudkan visi besar ini. Jika berhasil, 6G dengan teknologi Edge AI tidak hanya akan mengubah cara kita berkomunikasi, tetapi juga mendefinisikan ulang bagaimana teknologi dapat berintegrasi dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan kita.

Referensi

Letaief, K. B., Shi, Y., Lu, J., & Lu, J. (2022). Edge Artificial Intelligence for 6G: Vision, Enabling Technologies, and Applications. IEEE Journal on Selected Areas in Communications, 40(1), 5-36. https://doi.org/10.1109/JSAC.2021.3126076

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun