Mohon tunggu...
Muzakki Bashori
Muzakki Bashori Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Gelas Terisi Penuh yang Semu" versus "Gelas Setengah Penuh": Fenomena Dosen Tertutup dan Dosen Pembelajar dalam Perspektif ASN BerAKHLAK

11 September 2022   00:12 Diperbarui: 11 September 2022   00:35 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dosen dengan tipe seperti ini umumnya: (1) tulus dan bersemangat dalam memberikan pelayanan yang prima kepada mahasiswa, (2) menggunakan posisinya sebagai dosen dengan tetap rendah hati dan bijaksana, (3) memiliki rasa ingin belajar yang tinggi karena merasa ‘belum penuh’, (4) menghargai pendapat mahasiswa dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang ideal dan kondusif, (5) selalu menjaga rahasia dan nama baik instansi, (6) selalu mengikuti perkembangan teknologi pendidikan terkini dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran melalui inovasi dan kreasi, dan (7) terbuka dan antusias untuk bekerja sama dengan orang lain. 

Dosen dengan ‘gelas setengah penuh’ selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pribadi demi memajukan instansi. Nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK menjadi acuan langkah dan pedoman serta cerminan diri sang dosen pembelajar dalam melakukan aktivitas sehari-hari di kampus maupun di luar kampus.

Merespon kehadiran dosen dengan ‘gelas terisi penuh yang semu’, rekan sejawat dosen dan mahasiswa dapat berperan sebagai whistle blower dan memberikan saran dan kritik kepada pihak jurusan atau fakultas. 

Pihak jurusan atau fakultas dapat memberikan teguran kepada sang dosen melalui mekanisme pendekatan personal oleh ketua dan fungsionaris jurusan atau dekan/wakil dekan. Masukan ‘tidak langsung’ seperti ini perlu dilakukan mengingat pada dasarnya dosen tertutup tidak berkenan menerima masukan apapun dari siapapun, terlebih dari orang yang memiliki posisi, strata atau status akademik/sosial ‘di bawah’ dosen tersebut. 

Bimbingan dan arahan terstruktur dapat dilakukan secara terpisah dan/atau bersama-sama melalui agenda pelatihan rutin atau kegiatan bernuansa kekeluargaan yang diadakan oleh jurusan atau fakultas.

Penguatan eksternal seperti yang dipaparkan di atas merupakan sebuah bentuk dorongan motivasi dari luar kepada dosen tertutup. Hal ini penting untuk diupayakan karena hanya sedikit atau kecil kemungkinan dosen tertutup mampu memunculkan motivasi internal untuk ‘berubah’ dari diri sendiri, mengingat pola pikir atau mindset yang sudah pakem, stagnan, dan terfosil. Proses ini mungkin akan memakan waktu yang tidak sebentar karena pola pikir tidak bisa langsung berubah begitu saja dalam 1x24 jam. 

Selain itu, apabila fenomena dosen tertutup ini terus merajalela, bukan tidak mungkin para mahasiswa yang diampu oleh sang dosen akan mengikuti jejaknya, yaitu menjadi dosen dengan ‘gelas terisi penuh yang semu’. Situasi ini tentu akan sangat mengkhawatirkan karena mau dibawa kemana instansi dan negara dalam 10 atau 20 tahun ke depan apabila dosen dengan tipe seperti ini menjamur di seantero negeri.

Selain penguatan eksternal, sanksi dengan efek jera dari jurusan atau fakultas dapat diterapkan kepada sang dosen. Sanksi tersebut dapat berupa peringatan lisan dan/atau tertulis, pengurangan remunerasi, atau penundaan kenaikan pangkat. 

Walaupun terkesan berlebihan dan ‘memaksa’, penerapan sanksi ini bertujuan semata-mata untuk mewujudkan instansi yang berkualitas dengan sumber daya insani yang menerapkan tujuh nilai dasar ASN BerAKHLAK. Hal ini sesuai dengan prinsip yang menyatakan bahwa seseorang itu dapat berubah melalui dua cara, yaitu (1) if they want to (apabila mereka ingin) atau (2) if they have to (apabila mereka harus). 

Apabila opsi satu tidak mungkin direalisasikan oleh dosen dengan tipe ‘gelas terisi penuh yang semu’, opsi dua merupakan jalan terbaik, yaitu by system atau melalui sistem (berupa penguatan eksternal dan penerapan sanksi).

Kehadiran dosen dengan tipe pembelajar atau ‘gelas setengah penuh’ bukan tanpa rintangan. Banyak instansi yang cenderung masih menerapkan bureaucratic paternalism, yang dikhawatirkan akan membatasi ruang gerak dosen tipe pembelajar dalam mengejawantahkan tridharma perguruan tinggi, yakni pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun