Mohon tunggu...
Siti Muzay
Siti Muzay Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Implementasi Amanah dalam Bisnis Islam

22 Oktober 2017   18:26 Diperbarui: 22 Oktober 2017   18:46 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam menjalankan bisnis, sebaiknya kita dapat mencontoh dari sikap Nabi Muhammad yang di contohkan untuk umatnya. Sifat-sifat tersebut sering kita kenal dengan shiddiq, fatonah, tabligh dan amanah. Sifat-sifat itulah yang di bawa Nabi ketika melakukan perdagangan. Dalam hal ini akan di ulas secara detail tentang etika berbisnis yaitu Amanah.

Etika normatif bisnis dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran atau norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan. Adapun etika normatif bisnis meruoakan etika yang secara substansial diterapkan dalam etika terapan yaitu mengambil konsep etika dan diterapkan dalam situasi bisnis tertentu tetapi, tidak sama dengan filsafat bisnis karena, etika bisnis adalah disiplin normatif. disiplin ini yang membuat keputusan khusus tentang benar dan salah dan yang menentukan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan.

Landasan Normatif Bisnis dalam Islam yaitu salah satunyaTauhid. Tauhid merupakan konsep dasar peng-Esa-an Tuhan dalam islam. Di satu sisi, tauhid membedakan khaliq (pencipta) dengan makhuk dan memerlukan penyerahan tanpa syarat kepada kehendak-Nya. Pada sisi lain eksistensi manusia memberikan suatu prinsip perpaduan yang kuat, sebab seluruh umat manusia dipersatukan dalam ketaatan kepada allah semata.

Konsep tauhid merupakan dimensi vertikal islam sekaligus horizontal yang memadukan segi politik maupun sosial ekonomi. Di titik ini, kehidupa manusia menjadi lingkaran utuh yang homogen.

Maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini maka pengusaha muslim dalam melakukan aktivitas bisnis harus memperhatikan tiga hal:

  • Allah yang paling ditakuti dan dicintai
  • Tidak bertindak diskriminatif terhadap pekerja, penjual, pembeli, atau mitra kerja, atas dasar pertimbangan rasa warna kulit, jenis kelamin, atau agama.
  • Tidak menimbun kekayaan atau serakah, karena hakikatnya kekayaan merupakan amanah allah.

Amanah adalah berasal dari bahasa arab yang artinya terpercaya, dalam kamus lain bisa di artikan sebagai suatu kebijaksanaan. Suatu kepercayaan biasanya disandimgkan dengan kata as-shidqyaitu jujur. Tidak ada kepercayaan kepada seseorang kecuali orang itu jujur. Dalam KBBI kata amanah diartikan sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Sesuatu yang dipercayakan itu dalam berbagai konteksnya dapat berbentuk, kekuasanan, jabatan, keluarga, dan harta benda. Pemberi amanah yang hakiki adalah Allah, amanah sejatinya "ditawarkan" kepada kita, bukan dipaksakan. Kita menerima amanah atas dasar pilihan yang kita lakukan.

Sewaktu amanah diterima oleh manusia, Allah melukiskannya dalam Quran Surat Al-Ahzab (17:7) "sesungghnya kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan burung-burung lalu mereka enggang memikiulnya. (jangan sampai jika mereka menerimanya, mereka menghianatnya) dan mereka takut dari pertanggung jawabannya, lalu kami menwarkanya kepada manusia maka diterima dan dipikullah amanah itu oleh manusia, adalah ia (manusia) amat dholim (jika tidak menunaikan amanah) dan amat bodoh (jika menerima amanah lalu menghianatinya)

Al Lamah Ar-Roghib Al- Ishfahani dalam mu'jam Mufrad Alfadz Al- Quran mengemukakan berbagai penafsiran dalam kata amanah, ada yang mengatakan bahwa amanah itu adalah mengesakan Allah (kalimat At-Tauhid), ada juga pendapat bahwa, yang dimaksud adalah keadilan (Al'adalah), sementara yang lain menyebutnya akal fikiran (Al-'Aql), terhadap adanya pluraritas makna itu, Al Lamah Ar-Roghib Al- Ishfahani memilih "akal fikiran atau rasio sebagai arti dari amanah. Pandangan ini sesungguhnya menghimpun arti amanah kepada makna substansial, karena dengan akal dapat difahami akar keberagaman kita yaitu tauhid, dan dengan pertimbangan akal juga di tegakkan keadilan.

Allah menawarkan "amanah" itu, yang dalam wujudnya dapat diartikan secara bebas sebagai "seluruh tujuan keagamaan" kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Amanah itu ternyata di tawarkan tidak dipaksakan. Allah tidak murka jika tawarannya di tolak, buktinya langit, bumi dan gunung-gunung tidak menerimanya namun Allah tidak mengutuk mereka, manusialah yang menerima amanah itu atas dasar penerimaan yang dialakukan sukarela itulah manusia terjadi terhormat sepanjang amanah dapat di tunaikan dan tidak di khianatinya, akan tetapi kebanyakan manusia bersifat dholim atau sering amanah tidak dapat ditunaikan, dan juga bodoh sehingga terjadilah pengkhianatan. 

Amanah sejatinya memang harus diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Sahabat nabi pernah bertanya tentang apa yang dimaksud amanah yang tersia-siakan (terabaikan), yang mengakibatkan timbulnya keruasakan dan kehancuran. Rosulullah menjawab "apabila suatu pekerjaan diserahkan urursnnya diserahkan kepada bukan ahilnya. Semua aktifitas kita terajut dalam amanah, Kita ang memilih dan menerimanya. Harapan kita semoga kita tidak menjadi orang yang dholim dan bodoh dalam memegang amanah.

Dalam lingkungan bisnis, etika memegang peranan penting. Sebab jka tidak, tatanan interaksi muamalah akan hancur dengan mudah.

Rasulullah SAW. Telah menunjukkan keteladanan yang mempesona sepanjangb masa. Berbisnis bukan sekedar main hantam terjun ke dunia bisnis kemudia berusaha mencari keuntungan sebnyak-banyaknya tanpa memperdulikan ada yang terdholimi dengan tingkah aku bisnis kita atau tidak.

Kegiatan perdagangan dalam islam tidak hanya bertujuan memperoleh imbalan berupa harta atau profit. Namun, di sana juga terdapat tata cara memperolehnya dan juga perdayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Karena itulah, dalam islam setiap muslim diwajibkan untuk bekerja, terlebih lagi yang mempunyai tanggungan seperti seorang suami. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk mencari rezeki. Allah swt. Berfirman yang artinya:

"dialah yang menjadiakan bumiini mudah bagi kamu' maka berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah sebagia dari rezekinya..."(Qs Al-Mulk [67]: 15)

Firman-Nya juga tercantum dalam ayat yang artinya sebagai berikut:

"Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu sekalian dibumi dan kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber-sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur." (Qs Al-A'raf [7]: 10)

Berbisnis seperti yang dibayangkan oleh orang-orang kebanyakan adalah sebuah arena untuk bertarung habis-habisan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Pertarungan seperti ini melibatkan hukum rimba: "siapa yang kuat, dialah yang menang". Siapa yang ingin bertahan bahkan tak segan segan memangsa sesamanya. Begitulah yang banyak kita saksikan dalam kehidupan nayta. Bisnis semata-mata dijadikan ajang untuk meraup keuntungan material. Seperti kata hukum ekonomi "meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya".

Islam sendiri menerapkan etika-etika dalam berbisnis. Etika tidak bertujuan untuk menyusahkan atau membelenggu manusia dengan peraturan-peraturan yang menghambat kreativitas. Etika tak hanya bertujuan untuk kesejahteraan penjual maupun pembeli namun juga memperoleh ridho allah swt. Inilah yang terpenting sebab jika sebuah aktifitas bisnis tidak diridho allah bisa berpotensi merusak keberkahan muamalah.

Bisa saja seorang penjual menipu tanpa mengetahui oleh sang pembeli, allah juga bisa mencabut keberkahan jual belinya tersebut secara langsung maupun tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

  • Badroen, faisal. 2006. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana
  • Nuruddin, H. Amiur. 2010. Dari Mana Sumber Hartamu?. Jakarta: Erlangga
  • Muhammad. 2008. Paradigma, Metodologi dan Aplikasi EKONOMI SYARI'AH.Yogyakarta: Graha Ilmu
  • Malahayati. 2010. Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah. Yogyakarta: jogja great
  • Saifullah, Muhammad. 2011. Etika Bisnis Islami dalam Praktek Rasulullah.Semarang: Wali Songo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun