Pagi itu, 27 Juli 2019, suasana halaman Kelompok Belajar (KB) Mutiara Bunda, Desa Siding, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, berbeda dari pagi biasanya. Para wali murid serta anak didik KB Mutiara Bunda mengikuti acara sosialisasi Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku (Gernas Baku), yang digelar secara serentak oleh seluruh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-Indonesia.
Gernas Baku merupakan gerakan yang dilakukan secara nasional untuk mendukung inisiatif dan peran keluarga dalam meningkatkan minat baca anak melalui pembiasaan di rumah, satuan PAUD, dan masyarakat. Tujuan gerakan ini untuk membiasakan orang tua membacakan buku bersama anak-anak mereka, mempererat hubungan sosial-emosional antara anak dan orang tua, serta menumbuhkan minat baca sejak dini.
Anak-anak yang berbudaya literasi tinggi pada masa pertumbuhannya nanti akan mampu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. Namun sayangnya, tingkat literasi di kalangan anak usia sekolah di Indonesia masih sangat rendah. Menurut survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, 91,47% anak usia sekolah di Indonesia lebih suka menonton televisi daripada yang suka membaca buku hanya 13,11% saja.
Tak hanya itu, berdasarkan laporan Study of Reading Literacy, kemampuan anak-anak Sekolah Dasar di Indonesia menduduki peringkat ke 30 dari 31 negara. Merujuk kedua penelitian tersebut, diperlukan suatu gerakan masif yang melibatkan peran berbagai pihak dalam upaya meningkatkan budaya literasi, salah satunya adalah Gernas Baku.
Dalam program Gernas Baku melibatkan tiga pihak yaitu peran orang tua, warga sekolah (satuan pendidikan) dan juga masyarakat. Hal tersebut sama dengan konsep pendidikan karakter "Tripusat Pendidikan" yang dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu : 1) Pendidikan di lingkungan keluarga, 2) Pendidikan di lingkungan sekolah, dan 3) Pendidikan di lingkungan masyarakat.
Pertama, membuat aturan yang telah disepakati bersama oleh orang tua dan anak dalam melaksanakan program Gernas Baku. Dalam tahap ini, orang tua berdiskusi bersama anaknya untuk membahas program Gernas Baku yang akan dilakukan di dalam rumah, yaitu dengan membuat aturan berupa jadwal waktu kapan orang tua akan membacakan buku. Misalnya di jam sebelum tidur anak atau bisa dilakukan di sela jam belajarnya.
Kedua, orang tua memilih buku bacaan pada anak yang sesuai dengan usianya atau kesukaannya. Cerita dapat digunakan oleh orang tua sebagai sarana mendidik dan membentuk karakter anak usia dini. Maka, pemilihan buku yang tepat sangat disarankan agar orang tua dapat menanamkan makna dan maksud cerita (meaning and intention of story) untuk ditananamkan dalam diri anak. Contoh buku yang sesuai untuk anak berdasarkan kategori, misalnya hobi (seni, menggambar, olah raga), kategori ilmiah (ilmu pengetahuan alam, ensiklopedi), dan kategori dongeng (cerita rakyat, fabel).
Dalam program Gernas Baku ini, peran komite PAUD adalah melibatkan orang tua untuk membantu mengelola perpustakaan. Jadi, orang tua tidak perlu kebingungan mencari bahan bacaan untuk anak, karena pihak komite PAUD telah menyediakan berbagai buku sesuai dengan tingkatan usia. Para orang tua juga diberi kemudahan untuk mengakses buku digital e-book melalui website resmi Sahabat Keluarga Kemdikbud, yaitu : https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/index&ikat=4
Ketiga, orang tua membacakan buku pada anak dengan metode yang efektif. Program membacakan buku pada anak bermanfaat untuk mengembangkan ketrampilan berpikir. Anak akan mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui pemahaman lewat kronologi suatu cerita yang dibacakan. Maka dari itu perlu adanya metode yang menyenangkan dalam menceritakan suatu cerita tersebut pada anak. Seperti menggunakan intonasi dan permainan suara saat membacakan cerita, serta menggunakan ruangan yang nyaman untuk membaca. Dengan demikian, anak akan tertarik dan tidak bosan untuk menyimak bacaan yang telah dibacakan oleh orang tua.
Kelima, mengunjungi perpustakaan/Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Perpustakaan merupakan sarana yang tepat untuk mewujudkan budaya literasi di kalangan anak. Tidak hanya sekedar tempat meminjam buku, melaksanakan aktivitas yang ditunjang oleh fasilitas di perpustakaan akan menjadi pengalaman menyenangkan bagi anak. Anak akan termotivasi untuk menemukan hal baru melalui buku-buku yang mereka baca dan temukan di perpustakaan. Oleh karena itu, orang tua perlu mengajak anak untuk mengunjungi perpustakaan/TBM di kala akhir pekan atau untuk mengisi liburan sekolah.
Terakhir, melakukan aktivitas berkarya yang terinspirasi dari buku yang telah dibacakan. Setelah dibacakan buku cerita, daya pikir anak akan berkembang dan bisa dituangkan dalam karya yang terinspirasi dari buku yang telah dibacakan. Seperti menggambar, kolase, melukis dengan jari (finger painting) dan kegiatan lain yang serupa.
Salah satu kunci keberhasilan program Gernas Baku adalah pola asuh orang tua dalam mendidik anak. Pola asuh orang tua paling baik yaitu pola asuh demokratis (authoritative), ditandai dengan sikap orang tua yang mendidik anaknya secara demokratis.Â
Dalam pola asuh demokratis, orang tua harus mampu menjadi teladan bagaimana memberi contoh yang baik, yaitu dengan tidak memaksakan kehendak anak dalam mengikuti serangkaian tahapan program Gernas Baku. Orang tua harus bisa menggunakan cara yang kreatif dan menyenangkan agar anak mau dididik untuk belajar meningkatkan kemampuan literasinya sejak dini.
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Direktur Pembinaan PAUD Kemdikbud, R. Ella Yulaelawati menyatakan bahwa, "Membantu anak menjelajahi kekayaan bahasa melalui bermain itu justru dianjurkan, yang tidak boleh adalah belajar bahasa dengan memaksakan tanpa anak itu tahu maknanya, juga tidak membebani pikiran anak. Metodenya tidak klasikal."
Salam Literasi! Â Â Â
Referensi Tulisan
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/
#Sahabatkeluarga #BudayaLiterasiKeluarga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H