Mohon tunggu...
Muhammad Zainudin
Muhammad Zainudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional'19 Universitas Sriwijaya

Follow Your Dream!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rivalitas antara Amerika Serikat dan China, Akankah Menjadi "Thucydides Trap"?

3 Desember 2021   01:15 Diperbarui: 3 Desember 2021   01:27 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Selama ini, AS memelihara kerjasama bilateral terkait aliansi pertahanan dengan  beberapa  negara  Asia  Timur  untuk  membendung  ekspansi  komunis  di  Asia selama  periode  PD  II  dan  Perang  Korea. Namun pada tahun 2006, kekuatan  militer  China  mempunyai potensi  yang  paling  besar  untuk  bersaing  dengan AS  membuat AS  harus  lebih waspada. 

Sampai saat ini, AS sudah melakukan sejumlah inisiatif pada level strategis untuk  memperhatikan  peningkatan  keamanan  regional,  termasuk  diantaranya  Inisiatif keamanan dengan Australia dan Jepang, pembukaan kerjasama dengan India, peningkatan  kerjasama  dengan  negara-negara  ASEAN  dan  beberapa  perubahan kebijakan  lainnya  dalam  rangka konfigurasi  lebih  baik  bagi  kerjasama  di  wilayah.

ada beberapa kesamaan dengan studi kasus Thucydides Trap lainnya, seperti Perang Dingin. Seperti sebelumnya, dua kekuatan besar berhadapan dengan sistem politik dan sosial yang bersaing. 

Sekali lagi, konflik diperangi melalui kegiatan subversif di seluruh dunia, dan teknologi utama, seperti jaringan 5G dan Artificial Intelegence memainkan peran penting dalam hal ini. Ada yang mengatakan bahwa situasi antara AS dan China adalah Perang Dingin era modern. Sejauh ini tidak ada pembentukan blok yang jelas antara Barat yang dipimpin oleh Amerika atau lingkup pengaruh yang didominasi oleh China. 

Bahkan jika tidak ada konfrontasi militer, Perang Dingin antara AS dan China akan menjadi beban besar bagi ekonomi global. Hubungan yang sangat saling bergantung telah meningkatkan biaya konflik serius antar negara. 

Jadi, merupakan sebuah kepentingan bagi sekutu China dan sekutu AS untuk mempertahankan kondisi Status Quo daripada membiarkan rivalitas kedua negara ini berakhir dalam perang. Negara-negara ini (misalnya Jerman) cenderung memainkan peran moderat antara kedua kekuatan. Oleh karena itu, kerja sama ekonomi lebih lanjut dan inklusi Tiongkok dalam memperluas jaringan 5G, alih-alih mengecualikan, akan menjadi langkah yang diperlukan untuk menghindari konflik.

Pandemi COVID-19 merupakan musuh bersama di masa sekarang yang lebih patut untuk dihadapi daripada ego kedua negara untuk saling menaklukan. Virus, bagaimanapun, tidak menghormati perbatasan. Tidak ada negara yang bertindak sendiri dapat memenangkan perang melawan musuh yang tak terlihat ini. 

Untuk saat ini, kepentingan bersama dalam mengalahkan krisis COVID-19 mungkin telah menjadi alternatif jalan keluar dari Thucydides Trap. Presiden AS Donald Trump telah berulang kali mengkritik China atas penanganannya terhadap pandemi. Meskipun sikapnya terhadap China sebagian besar mungkin tentang politik pemilu, tidak bohong bahwa penyebaran COVID-19 membawa tantangan baru bagi hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia itu. 

Tampaknya, untuk saat ini, seperti politik jangka pendek yang baik bagi Presiden Trump untuk mengkritik China. Namun, dalam jangka panjang kedua negara mungkin memiliki lebih banyak keuntungan dalam hal kerja sama daripada konfrontasi, meskipun hal ini sangat diperdebatkan di antara para pakar keamanan nasional.

Konflik secara langsung tampaknya tidak lagi menjadi pilihan yang layak bagi kedua negara. Bahwa perang tidak terhindarkan terbukti dari fakta bahwa perang telah dicegah di masa lalu. Ketika negara telah menghindari perang, diperlukan beberapa penyesuaian dalam sikap dan tindakan tidak hanya dari penantang tetapi juga dari yang ditantang. 

China dan AS perlu terus memperkuat komunikasi dan kerja sama mereka. Situasi masa lalu ini juga menunjukkan bagaimana opini publik berperan dalam menghindari konflik. Mengingat kerugian besar dan korban yang disebabkan oleh Perang Dunia I dan Perang Dunia II, Perang Korea, dan Perang Vietnam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun