Mohon tunggu...
Muhammad Zainudin
Muhammad Zainudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional'19 Universitas Sriwijaya

Follow Your Dream!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rivalitas antara Amerika Serikat dan China, Akankah Menjadi "Thucydides Trap"?

3 Desember 2021   01:15 Diperbarui: 3 Desember 2021   01:27 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Kekuatan dominan Inggris tetap merasa terancam dengan kemajuan yang dialami Jerman. Hingga akhirnya pecah perang yang melibatkan kedua negara tersebut dengan sekutunya masing-masing. 

Tidak ada negara manapun di dunia ini yang menginginkan terjadinya perang, namun  perkembangan ekonomi dan militer suatu negara akan dianggap sebagai ancaman bagi negara yang berkuasa. Karena kekuatan baru ditakutkan akan menghilangkan dominasi negara berkuasa. Hal inilah yang disebut oleh Allison sebagai The Thucydides Trap atau jebakan Thucydides. [Hidayat, 2020]

Kebangkitan China sebagai Rising Power mengganggu Hegemoni Amerika Serikat.

Pada saat  Deng  Xiao  Ping  menjadi Presiden China menggantikan Mao Zedong, China mulai mengalami perkembangan pesat di bidang ekonomi yang merupakan sebuah implementasi  kebijakan  open  door yang dilakukan oleh Deng Xiao Ping pada era kepemimpinannya.  Kebijakan  tersebut  membuat  China  menjadi  lebih  terbuka terhadap investasi asing yang kemudian mempengaruhi modernisasi industri di China  sehingga  China  dapat  tumbuh  menjadi  negara  industri  yang  mandiri.

Karena perekonomian yang semakin meningkat dengan pesat tersebut, China kemudian meningkatkan anggaran belanja militernya. Hal yang menjadi pemicu adalah rentannya keamanan kawasan Asia Timur, sikap  AS  yang  ingin  me-rebalancing  China  di  kawasan,  aliansi  AS-Jepang  yang semakin  kuat,  dan  keinginan  China  untuk  menjaga  kawasan-kawasan  sengketa sebagai  wilayahnya,  seperti  Taiwan,  Laut  China  Timur,  dan  Laut  China  Selatan.

China  mulai melakukan  modernisasi  kekuatan militernya  dengan  serius  setelah terjadinya  krisis  Selat Taiwan tahun 1995-1996, akibat insiden tersebut secara tidak langsung memperlihatkan kelemahan China untuk mencegah intervensi asing dalam perselisihan  kedaulatan  China.  

Sehingga  modernisasi  militer  dapat  menjadi  cara untuk menegaskan kembali posisinya terhadap Taiwan agar pihak asing sulit mengintervensi  masalah  internalnya.  Selain  itu,  peningkatan  kekuatan  pertahanan menjadi  penting  bagi  China  untuk  mempersiapkan  diri  menghadapi  potensi-potensi ancaman baik dari internal maupun eksternal. [Rafsanjani, Karjaya, Rizki, 2020]

Kondisi  perekonomian  China  yang  kuat  dapat  mendukung  proses military build-up dan arms build-up dalam militernya, dan sebaliknya modernisasi dan peningkatan kapabilitas militer penting untuk menjamin keamanan internal dan eksternal bagi kelangsungan aktifitas ekonominya. 

China bertujuan membentuk tentara PLA yang berkekuatan lebih modern untuk mendukung kepentingan nasionalnya  baik  secara  domestik  maupun  internasional,  dan  juga  untuk  menghalau dan melawan ancaman-ancaman militer lainnya yang datang dari luar. Melalui kekuatan  militer  China  tidak  hanya  dapat  mengontrol  kekuasaan  atas  wilayahnya sendiri  tapi  sekaligus  untuk  meningkatkan  kekuatan  pertahanan  untuk  menghadapi  adanya potensi ancaman dari luar. 

Dengan kapasitas yang ada, China ingin menciptakan  kekuatan  militer  yang  mampu  memproyeksikan  kekuatan  terbatas  di seluruh domain, dengan mengkombinasikan “nearseas defense‟ dan “far seas protection‟,  yang  menunjukkan  kebutuhan untuk mengembangkan angkatan laut terbatas. [Sullivan & Erickson, 2015]

Selama ini, pemerintah AS terus menaruh perhatian terhadap perkembangan China dan memberikan perhatian terhadap kemajuan China dalam bidang ekonomi dan militernya. Dalam laporan Qudrennial Defence Review Report dikatakan bahwa China memiliki  potensi  untuk  menjadi  kompetitor  militer  AS  dengan  modernisasi  dan peningkatan kapabilitasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun