Mohon tunggu...
Muhammad Zainudin
Muhammad Zainudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional'19 Universitas Sriwijaya

Follow Your Dream!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rivalitas antara Amerika Serikat dan China, Akankah Menjadi "Thucydides Trap"?

3 Desember 2021   01:15 Diperbarui: 3 Desember 2021   01:27 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Thucydides merupakan seorang penulis serta sejarawan Yunani dari alimos sebuah daerah di wilayah Yunani. Thucydides menciptakan sebuah buku yang memiliki judul “The History of Peloponnesian War” (Sejarah Perang Peloponnesia) yang menceritakan mengenai sebuah peperangan yang terjadi pada abad ke 5 sebelum masehi yang melibatkan dua kekuatan yaitu antara Athena dan Sparta. 

lewat karyanya tersebut, Thucydides mendapat julukan sebagai bapak “sejarah ilmiah”, hal tersebut karena standar yang ketat mengenai bukti pengumpulan serta analisis dalam hal sebab dan akibat tanpa mengacu pada intervensi oleh para dewa, seperti buku-buku sejarah lainnya pada era yang sama. 

Thucydides juga dijuluki sebagai ayah dari sekolah realisme politik, yang memandang hubungan antara bangsa lebih berlandaskan kepada Kekuatan daripada kebenaran. Karyanya yang berjudul The History of Peloponnesian War   menjadi buku teks di perguruan tinggi militer hingga kini. [Binus University, 2012]

Sebagai seorang teoretikus realisme dalam Hubungan Internasional, Thucydides memberikan empat kategori mengenai realisme, yaitu :

  • Sifat manusia merupakan sebuah titik awal untuk realisme dalam hubungan internasional. Realis memandang manusia sebagai dasarnya egois dan lebih mementingkan diri sendiri sejauh kepentingan pribadi mengatasi prinsip-prinsip moral.
  • Kaum Realis secara umum percaya bahwa tidak ada pemerintah dan memandang kondisi hubungan internasional selalu dalam kondisi anarkis,
  • Karena kondisi hubungan internasional selalu dalam kondisi anarkis, demi mencapai keamanan, negara berusaha meningkatkan kekuasaan mereka dan terlibat dalam Balancing of Power dengan tujuan menghalangi agresor potensial. Perang ini dilancarkan untuk mencegah negara peserta dari menjadi lebih kuat secara militer
  • Realis secara umum memiliki pandangan yang skeptis mengenai relevansi moralitas dalam politik internasional. Hal ini membuat mereka mengklaim bahwa tidak ada tempat bagi moralitas dalam hubungan internasional, atau bila ada ketegangan antara tuntutan moralitas dan tuntuan aksi politik yang amoral maka negara boleh bertindak sesuau dengan moralitas mereka sendiri yang berbeda dari moralitas yang secara umum dianut.

Peloponnesian War berlangsung sekitar lebih kurang 30 tahun (431-404 SM). Peperangan ini terjadi antara Athena dan Sparta beserta sekutu Peloponnesianya kemudian Thucydides menuliskan perang tersebut sebagai upaya Sparta mempertahankan kekuasaannya atas Yunani. Pada masa itu Sparta adalah pemilik kekuatan dominan di Laut Aegea, sedangkan Athena adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat dan merupakan Rising Power. 

Kekuasaan Athena tumbuh kuat serta memiliki ekonomi yang makmur yang memiliki luas kekuasaan sebagian besar wilayah Mediterania. Akibat munculnya sebuah kekuatan baru yang suatu saat dapat menantang Hegemoni Sparta, Sparta memiliki rasa cemas dan kekhawatiran dengan perkembangan kekuatan Athena yang dianggap akan menjadi ancaman bagi kekuasaan mereka. 

Sparta memiliki ketakutan akan hilangnya kekuasaan, dan ambisi Athena untuk menjadi negara yang kuat menyeret kedua negara ini kedalam sebuah peperangan yang panjang. Perang Peloponnesia baru selesai pada tanggal 25 April 404 SM dengan hasil kemenangan berpihak pada Sparta dan memaksa Athena untuk menyerah. Peperangan yang melibatkan kedua negara tersebut membuat Yunani menjadi tidak stabil.  

Pada tahun 2015 sejarah perang Peloponnesia yang ditulis oleh Thucydides tersebut, oleh ilmuwan politik Harvard dan Profesor Graham Allison disebut sebagai Thucydides Trap atau jebakan Thucydides dan diabadikan dalam bukunya yang berjudul Destined For War. 

Dalam uraiannya, Allison menyebutkan bahwa dia Bersama tim peneliti di Harvard telah mengidentifikasi kejadian yang sama seperti yang dialami oleh Athena dan Sparta selama 500 tahun terakhir, hasilnya dari 16 kasus, 12 diantaranya berakhir dengan perang besar. 

Allison juga menjelaskan, bahwa penyebab Perang Dunia I adalah akibat dari adanya Thucydides Trap antara Inggris dan Jerman. Sebagai negara yang mendominasi dunia dengan armada maritim yang kuat, Inggris merasa terancam dengan Jerman yang sedang memperbaharui kekuatan militernya dengan berbagai teknologi terbarukan. Jerman berkeinginan untuk memperkuatan armada lautnya dan ekonomi Jerman terhitung telah melampaui Inggris.

Jerman yang pada saat itu dipimpin oleh Kaiser Wilhelm II yang tidak lain merupakan keponakan dari Raja Inggris Edward VII. Bagi Kaiser Wilhelm II, Inggris adalah bagian dari hidupnya karena dia dibesarkan di Inggris dan dia sangat peduli pada Inggris. Namun perang antara Inggris dan Jerman tak juga bisa dihindari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun