Pasien   :"Terimakasih sus."
Perawat :"Apa ada keluhan lain bu? Atau ada yang bisa saya bantu?"
Pasien   :"Tidak sus."
Perawat :"Oh ya sudah bu. Nanti saya kesini lagi untuk memeriksa keadaan ibu."
Dialog diatas merupakan contoh dari komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh seorang perawat kepada pasien. Apa itu komunikasi terapeutik?
Komunikasi terapeutik adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh konselor dalam berinteraksi dengan klien(konseli) untuk membuat klien merasa nyaman dan dihargai, sehingga klien bisa menceritakan masalahnya dengan leluasa. Komunikasi ini berbeda dengan komunikasi yang dilakukan biasanyakarena komunikasi ini memiliki tujuan dalam pelaksanaannya, yaitu untuk membantu klien menyelesaikan masalahnya.
Tahapan-tahapan dari komunikasi terapeutik ini dimulai dari tahap pra-interaksi.Tahapan ini biasanya membicarakan obrolan-obrolan kecil tentang perkenalan antara konselor dan klien. Tahapan ini akan membuat konselor dan klien menjadi lebih dekat setelah berkenalan satu sama lain. Setelah tahapan tersebut dilalui, maka konselor dan konseli masuk kedalam tahapan orientasi.
Pada tahap ini, klien akan memulai menceritakan permasalahannya. Untuk mendengarkan cerita dari klien dengan baik, maka seorang konselor harus memiliki kemampuan attending behavioral terhadap klien. Ketrampilan ini tidak bisa dipelajari saja, namun ketrampilan ini perlu pelatihan dalam penerapannya.
Contoh  attending behavioral disini seperti ekspresi wajah, gerakan tangan, posisi kepala, dan lain-lain. Ketika klien sudah selesai menceritakan masalahnya, konselor dank lien akan masuk kedalam tahapan kerja. Maksud dari tahapan kerja adalah waktu dimana konselor bisa memberikan arahan-arahan atau saran-saran untuk menanggapi masalah klien.
Arahan dan saran dari konselor harus bersifat membantu dan mendorong klien untuk menyelesaikan masalah dengan tepat. Seperti bimbingan konseling pada umumnya, tahapan terakhir dari sebuah konseling adalah tahap terminasi atau evaluasi. Tahapan ini akan mengevaluasi semua hal yang telah disampaikan konselor dan dilakukan dengan baik oleh klien dalam proses penyelesaian masalahnya. Evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui apakah konseling yang dilakukan sudah cukup atau masih perlu ditindaklanjuti lagi.
Penerapan komunikasi terapeutik biasanya ada pada bidang psikologi, konseling, atau seperti contoh diatas pada bidang kesehatan. Proses komunikasi terapeutik ini membutuhkan banyak ketrampilan khusus yang harus dimiliki konselor. Salah satunya adalah empati. Empati merupakan sebuah kompetensi yang dibutuhkan untuk memahami orang lain. Sikap empati dalam diri seseorang, apalagi seorang konselor tidak bisa hadir dengan sendirinya ataupun dating secara praktis. Namun, empati adalah sebuah sikap yang perlu dilatih dan diterapkan setiap hari agar sikap empati tersebut selalu tertanam dalam diri konselor.