Mohon tunggu...
Mulyadi
Mulyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis / Mahasiswa

Saya merupakan seorang pemuda yang tergerak hatinya untuk turut memikirkan kemajuan bangsa, khususnya dibidang pendidikan. Salah satu cara yang saya lakukan sebagai upaya tersebut adalah dengan menanamkan prinsip rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Bentuk upaya kecil dari rela berkorban itu salah satunya ialah terus belajar, mengasah kemampuan diri dan memperdalam bidang ilmu yang menjadi minat saya. Ya, dunia sastra adalah minat yang sejak kecil sudah tertanam dalam diri saya Lewat dunia sastra saya dapat bercerita tentang bagaimana saya menjalani kehidupan dan dapat menjadi refleksi bagi orang lain yang membaca kisahnya. Menumbuhkan kecintaan terhadap dunia sastra adalah bentuk rasa cinta terhadap bahasa Indonesia. Bahasa yang menyatukan segala unsur yang ada di bumi Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebait Sajak yang Kandas di Penghujung Napas

11 Mei 2023   22:10 Diperbarui: 11 Mei 2023   22:17 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebait Sajak yang Kandas dipenghujung Napas
Oleh : Mulyadi


"Jaladhi telah mengabarkan kepada merpati, bahwa hamparannya terlalu luas untuk dijelajahi. Langit pun telah bercerita pada matahari, bahwa embun pagi terlalu bening untuk menetes dari daun-daun yang gugur di musim semi. Bintang dan malam pun telah berjanji, bersama-sama menunggu pagi. Dan bukankah aku pernah berjanji,bahwa sajakku tak 'kan mati meski napasku berhembu 'tuk terakhir kali."


Itulah puisi yang tak sengaja kubaca dari lembaran buku catatanmu yang terjatuh, sejak aku bertemu denganmu.

Disaat kau dan aku menunggu kereta di peron stasiun. Perlahan aku pun mulai jatuh cinta pada puisi yang kau tulis dibuku catatanmu itu.

Arunika telah rebah dari peraduannya
berganti malam nan gulita dan keremangan bintang yang menghiasi angkasa

Burung-burung kembali terbang kesarangnya

sebab langit 'kan menemani tidurnya dengan guratan senja

Sebait aksara yang patah

Menggores seuntai benang merah di angkasa
Tawamu tak selepas hujan

yang rintiknya tak mampu dicegah
Tak lekang bersama perginya mentari dikala tenggelamnya senja

Astungkara....

Takdir Tuhan kembali mempertemukanku dengan dirimu. Ini bukanlah sebuah kebetulan,tetapi kuyakin pertemuan ini sudah digariskan oleh Sang Pengatur Kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun