dua ekor kedasih memburu menikam malam
mencecah sunyi menjadi riak
seperti malam yang biasa kita nikmati
membaringkan tulang-tulang pada bumi yang dingin
mendesirkan darah bersama sesak
adinda, pada satu purnama kita berjanji
untuk berkawan dengan cinta
untuk belajar menyejuk kalbu
mencari bahagia di antara beribu derita
mencari senyum di balik tumpukan sampah
terkadang ada, seringkali tidak
malam ini langit terlihat begitu ramah
menari-nari pekat bersama awan
melebur bulan bersama kedamaian
disertai khidmat serangga-serangga jalanan
kita telentang dalam kelelahan
merebahkan seluruh pada bumi
berharap ia lebih ramah esok pagi
dan kini, biarlah langit memeluk tubuh
menjadi satu dalam dingin
tenanglah, bukankah kita sudah begitu akrab dengan kesakitan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H