Mohon tunggu...
Omar HakimMaulani
Omar HakimMaulani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cosmopolitan

Intelligence is the capacity to receive, decode and transmit information efficiently. Stupidity is blockage of this process at any point. Bigotry, ideologies etc. block the ability to receive; robotic reality-tunnels block the ability to decode or integrate new signals; censorship blocks transmission.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menurunkan Kadar Gula Darah dengan Seketika Menggunakan Garam Celtic

11 Maret 2024   09:26 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:45 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam tradisi Islam, ada yang menarik dalam memandang hadits, yaitu seringkali hadits yang dikatakan kuat riwayatnya oleh sebagian orang, kadang dikatakan lemah oleh sebagian lainnya, begitu juga sebaliknya. Bisa juga, apa yang dikatakan hadits, ternyata ucapan dari sahabat, dalam hal demikian esensi ucapannya tetap berbobot juga, walau tidak sehebat hadits.

Diantaranya hadist yang paling dikenal adalah hadist dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, dinyatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberi nasehat kepada beliau,

"Jika kamu makan, mulailah dengan mencicipi garam dan akhiri dengan makan garam. Karena dalam garam terdapat obat bagi 70 penyakit, yang pertama lepra, gila, dan kusta..."

Sebagian ulama mengatakan hadits ini lemah, malah sebagian mengatakan bahwa ini adalah ucapan dari Ali bin Abi Thalib ra., yang disalah sangka sebagai hadits. Saya tidak tertarik membahas perdebatant hadits ini, yang ingin saya bahas adalah esensi dari hadits ini. Apakah mencicipi garam dengan lidah dapat menyembuhkan penyakit?

Secara umum, ada 4 jenis garam yang biasa dikonsumsi, yaitu: garam meja/dapur, garam hitam, garam Himalaya dan garam Celtic. Proses pembuatan garam dapur, yang dipanasi hingga 650C, membuat banyak mineralnya yang hilang dan membuatnya garam yang "jelek". Kandungan mineral garam hitam tidak sebagus garam Himalaya atau garam Celtic. 

Garam Himalaya dan garam Celtic mempunya jejak mineral yang hampir sama, hanya saja garam Himalaya yang didapat dari menambang dari kaki gunung Himalaya lebih tinggi kadar sodiumnya, sedangkan garam Celtic selain lebih rendah kandungan sodiumnya, dia juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki garam Himalaya, yaitu Magnesium yang membuat penampakan garam Celtic selalu lembab. 

Garam Himalaya dan garam Celtic mempunyai kandungan mineral yang serupa dengan darah, sehingga bila diusapkan ke bagian bawah lidah, mineral2nya bisa langsung menyerap ke aliran darah, memotong jalur penyerapan lewat usus. 

Efek positifnya bisa terasa langsung. Di sini, saya ingin fokus pengaruhnya hanya terhadap tingkat kadar gula darah sehabis mengosumsi garam Celtic, ini berkaitan dengan penyakit Diabetes Tipe-2, dan ini berdasarkan pengalaman saya, bukan penelitian ilmiah.

Dua tahun yang lalu, garam laut Celtic banyak dibicarakan sebagai tren kesehatan, terutama dipopulerkan oleh platform-platform media sosial seperti Tik-Tok. Secara khusus ada satu tren yang memberi kesan bahwa melarutkan atau mengusapkan beberapa kristal garam laut Celtic ke bawah lidah sebelum minum air dapat memperbaiki tingkat hidrasi di tubuh. 

Klaim ini terutama dikaitkan dengan kadar magnesium yang terdapat di garam laut Celtic, yang mana dipercaya dapat meningkatkan penyerapan air di tubuh kita. Banyak olahragawan pecinta lari yang mencobanya. Termasuk saya yang biasa lari dua kali dalam seminggu, masing-masing di sekitar 10 km jarak tempuhnya. 

Tubuh perlu hidrasi yang baik sebelum dan sesudah lari. Permasalahan dengan minum air yang banyak sebelum lari adalah sering kebelet buang air kecil di tengah-tengah lari yang kadang cukup merepotkan juga. Air garam menjadi jalan keluarnya, selain menahan air, garam Celtic juga menjaga keseimbangan elektrolit di tubuh, dan meningkatkan stamina tubuh.

Dalam tulisan saya sebelumnya, yaitu "Bagaimana Saya Sembuh dari Diabetes Tipe II Tanpa Obat" dan "Menurunkan Kadar Gula Darah Dengan Seketika Menggunakan Telur Ayam", saya menulis tentang pentingnya minum air putih yang banyak bagi penderita diabetes. Ini masih sangat relevan sekali dengan tulisan sekarang. 

Di situ, saya menulis juga tentang kebiasaan saya mengecek efek makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh saya terhadap kadar gula saya. Saya sendiri rutin melakukan apa yang disebut "High Intensity Interval Training" (H.I.I.T) atau olahraga dengan intensitas tinggi untuk menjaga kadar gula darah saya tetap normal, yang akan saya bahas di lain tulisan. 

Kembali ke topik garam Celtic, saya biasa mengambil secubit garam Celtic lalu dioleskan ke bawah lidah, kemudian dilanjutkan dengan minum 1,5 liter air sebelum lari. Bisa juga, garamnya dicampur langsung ke dalam 1,5 liter botol air, dan diminum selbelum lari. Tren yang baru saya lakukan dua tahun yang lalu, yang sebelumnya tidak pernah menggunakan garam. 

Di sini, saya mendapatkan pengalaman turunnya kadar gula darah sesudah meminum air garam Celtic. Pengalaman berharga ini, saya coba praktekkan pada suatu kesempatan setelah makan siang dengan makan makanan yang manis-manis. Hasilnya adalah kadar gula darah saya melonjak ke 243 mg/dL pada saat itu. 

Selanjutnya, saya minum air garam dan selang satu jam turun menjadi 158 mg/dL, selang dua jam turun menjadi 119 mg/dL, atau total penurunan 124 mg/dL dalam 2 jam. Hal ini, saya jadikan salah satu opsi rutinitas menurunkan kadar gula darah saya. Saya sendiri adalah penderita Diabetes Tipe-2 lebih dari 10 tahun, dan selama itu pula tidak pernah menggunakan obat-obatan dalam mengendalikan kadar gula saya. Begini, cara saya menjalaninya. 

Bila selesai sarapan, saya menurunkan kadar gula darah dengan telur ayam 1/3 matang. Untuk makan siang, saya menurunkannya dengan garam Celtic. Caranya, ambil 1/3 sdt garam celtic, masukkan ke dalam segelas air hangat (250ml) dan aduk dan minum. Jangan lupa tambah minum 4-5 gelas air putih lagi dalam 2 jam. Saya berhasil membuktikan penurunannya. Mungkin ada yang mau coba? Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun