Mohon tunggu...
Mutlaben Kapita
Mutlaben Kapita Mohon Tunggu... -

Hidup untuk memanusiakan manusia!

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Pemilu: Reward dan Punishment, Caleg Incumbent

30 Maret 2019   19:17 Diperbarui: 2 April 2019   08:13 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka sistem reward dan punishment terhadap caleg incumbent adalah layak diberikan dengan parameternya melihat rekam jejak secara individual dan mengevaluasi kinerja secara kelembagaan. Ini dilakukan agar periode mendatang, yang mengisi ruang lembaga legislatif adalah orang-orang yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap negara dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan mandat masyarakat.  

Caleg pendatang baru sebagai aternatif

Selain caleg incumbent, tak sedikit pula politisi wajah baru atau caleg pendatang baru yang turut sebagai peserta dalam pemilihan umum. Ini menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat dalam menggeser caleg  incumbent yang kinerjanya tidak baik, untuk menggantikan dengan caleg pendatang baru.

Meski demikian, masyarakat tidak asal memilih tetapi dituntut lebih cermat memilih caleg pendatang baru. Spesifiknya, mencermati rekam jejak sebelum menentukan pilihan.

Sebagaimana dikatakan oleh Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi [Perludem] Titi Anggraini mengimbau masyarakat  untuk mencermati caleg sebelum hari pemungutan suara.

Mengetahui rekam jejak adalah penting karena kelak mereka hadir di lembaga legislatif sebagai representasi masyarakat baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Di lain sisi aspek kualitas harus menjadi syarat dasar dalam memilih caleg pendatang baru, karena lembaga legislatif merupakan ruang aspirasi, di mana setiap pengambilan keputusan kebijakan dapat dilalui dengan debat argumentasi, sehingga dibutuhkan kualitas sebagai representasi agar mampu memperjuangkan pelbagai aspirasi masyarakat saat dalam formulasi kebijakan publik.

Bila masyarakat salah memilih, maka berimplikasi terhadap masa depan pembangunan akan terhambat oleh kinerja anggota legislatif yang  tidak memperjuangkan aspirasi di lembaga legislatif, karena tidak mampu atau lebih mengurus kepentingan pribadi dan partai sebagai pengusung.

Oleh karenanya, dengan berpijak realitas kinerja anggota legislatif periode sebelumnya yang tidak lepas dari sorotan masyarakat, LSM, juga dari para pengamat kebijakan publik karena rendahnya kinerja anggota legislatif baik dalam fungsi legislasi, pengawasan maupun dalam fungsi politik anggaran. Di tambah pula banyak kasus korupsi yang dijerat para anggota legislatif, maka ini menjadi alarm penting bagi masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilih. Agar yang terpilih nanti, mampu memperbaiki kinerja anggota legislatif yang jauh lebih baik dari periode sebelumnya.

Intinya memilih caleg baik incumbent maupun pendatang baru harus didasarkan pada pertimbangan politik yang berbasis kualitas, rekam jejak dan integritas calon sebagaimana saya anjurkan dalam tulisan saya sebelumnya "Mengeliminasi Calon Legislatif".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun