Mohon tunggu...
Mutiara Khadijah
Mutiara Khadijah Mohon Tunggu... Writer -

Psikologi | Foundily Indonesia | Blood for Life Chapter Bandung | Mentality Health Indonesia | Beswan #29 | #SadarIndonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

#FightStigma 4: Kesepian, Loneliness

15 September 2015   22:47 Diperbarui: 15 September 2015   22:47 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“People cannot win against their loneliness because loneliness is this world’s worst kind of pain.”
― Masashi Kishimoto

 [caption caption="Kesepian, Bagian dari Hidup"][/caption]

Pernahkah Anda mengalami kejadian seperti ini; ketika Anda berdiri di antara kerumunan orang, berjalan bersama rekan-rekan, menggandeng tangan kekasih, berkumpul dalam suatu kegiatan, menyibukkan diri seharian, atau bicara di antara hiruk-pikuk orang yang Anda kenal, namun ujung-ujungnya Anda tetap merasa terasing dan sendirian? Secara sederhana, itulah yang namanya kesepian (loneliness).

Jika Anda ingin tahu seberapa kesepian diri Anda detik ini, Anda bisa coba isi kuesioner singkat UCLA (http://psychcentral.com/cgi-bin/loneliness-quiz.cgi).

Sebenarnya, bisa dibilang kalau kesepian ini adalah situasi yang pasti pernah dialami individu sebagai manusia. Namun, apa yang terjadi jika kesepian berlangsung sepanjang hidup seseorang? Karena fenomena kesepian ini sangatlah dekat dengan kehidupan kita, kali ini saya akan coba mengulas mengenai kesepian dari berbagai sumber situs psikologi yang kompeten. Jadi, apa Anda sudah siap berkenalan lebih dekat dengan ‘kesepian’?

 

Mendefinisikan Loneliness

Sejak lama, kesepian menjadi topik yang menarik dibahas dan diteliti oleh pada ilmuwan psikologi, baik dikaitkan dengan variabel lain atau dilakukan secara eksperimental. Beberapa di antara mereka mendefinisikan kesepian sebagai perasaan terasing dari kelompok (outsider) dan perasaan terisolasi dari lingkungan. Kesepian juga didefinisikan sebagai salah satu situasi yang sebetulnya adalah bentuk strategi tradisional dalam melindungi diri kita sendiri.

Namun, belakangan ini definisinya berkembang lebih luas. Kesepian bukan hanya terasing secara fisik, melainkan state of mind atau kondisi mental dari perasaan terasing dan terisolasi pada diri individu. Hal yang perlu digarisbawahi bahwa lonely sangatlah berbeda dengan being alone. Orang yang sedang bekerja lembur di kantor sendirian belum tentu kesepian. Sebaliknya, orang yang sedang duduk dan makan malam bersama suami/istrinya, belum tentu tidak merasa kesepian. Jadi, intinya bahwa definisi kesepian cenderung pada kondisi mental seseorang saat itu.

 

Mengapa Individu Bisa Kesepian

[caption caption="Terasing, Terisolasi"]

[/caption]

Sama halnya dengan penyakit di tubuh, setiap orang memiliki penyebab kesepian yang berbeda-beda. Anak kecil yang baru masuk sekolah, mungkin mengalami kesepian karena ia belum berhasil menemukan teman main. Tentunya akan berbeda dengan seorang pemuda yang kesepian karena baru diputuskan pacarnya. Dan berbeda lagi dengan seorang ibu paruh baya yang kesepian karena ditinggal anak-anaknya kerja ke luar kota. Lantas, apa sebetulnya benang merah yang bisa menjelaskan mengapa kita terkadang kesepian?

Penjelasan yang paling banyak dilansir di berbagai sumber bahwa kesepian cenderung lebih disebabkan oleh cara kita MEMPERSEPSIKAN hubungan kita dengan orang lain. Itulah sebabnya sangat masuk akal bagi individu untuk tetap merasa kesepian bahkan ketika sedang berdiri di tengah pesta dan keramaian. Kesepian bukan perkara kuantitas, melainkan kualitas. Jumlah rekan yang dimiliki individu tidak dapat menjamin dirinya terbebas dari kesepian, selama individu itu masih mempersepsikan kualitas hubungan yang ia punya dengan teman-temannya belum ideal.

Alasan lain yang cukup mengejutkan bahwa kesepian ini sama halnya dengan penyakit, genetis, turunan. Terdapat perbedaan pada lonely people (mereka yang kesepian karena bawaan) dengan non-lonely people dalam beberapa hal. Salah satunya bahwa lonely-people cenderung sangat sensitif dalam bereaksi terhadap hal-hal emosional.

Dan alasan lainnya yang sangat masuk akal bahwa kesepian terjadi karena perasaan ditolak oleh lingkungan maupun orang lain.

 

Apa yang Terjadi Ketika Individu Kesepian?

Salah satu penelitian neurosains yang dilakukan oleh Dr.Ryiota Kanai terhadap orang yang mengalami chronical illness adalah menggunakan pindaian MRI pada otaknya. Ketika banyak orang berpendapat bahwa bagian otak yang lebih banyak berperan saat orang kesepian adalah bagian yang menangani kecemasan dan stress, rupanya hasil riset dokter Ryiota menunjukkan hal lain. Rupanya, pada saat individu mengalami kesepian, bagian otak yang paling banyak terdampak justru lobus atau area yang berhadapan dengan persepsi sosial. Dari hasil pindaian MRI-nya, ditemukan bahwa terdapat penurunan grey matters di lobus atau area otak yang berhubungan dengan keterampilan sosial individu.

 

Apa yang Terjadi Jika Individu Terus Menerus Mengalami Kesepian?

Riset menunjukkan bahwa emotional isolation yang kerap dialami saat kesepian memiliki risiko kematian lebih tinggi bahkan dari perilaku merokok. Mengapa kesepian dapat menjadi faktor yang begitu mematikan? Hal ini dapat dijawab oleh hasil penelitian John Cacioppo mengenai efek biologis dari kesepian (http://www.livescience.com/18800-loneliness-health-problems.html).

Ketika individu mengalami kesepian, dinding arteri tubuhnya akan menebal sehingga lebih memungkinkan individu tersebut mengalami tekanan darah tinggi. Hal yang selanjutnya jelas meningkatkan risiko individu untuk terserang penyakit-penyakit lainnya sepeti serangan jantung dan stroke.

Hal lain bahwa ketika individu merasakan kesepian terus menerus dapat memicu pemberian peringatan-salah atau mis-alert pada bagian tubuhnya sendiri. Sehingga, tubuh akan mengalami inflamasi. Inflamasi adalah peradangan yang biasa terjadi ketika tubuh mendeteksi adanya virus, bakteri, maupun benda asing yang masuk. Namun, hal ini tidak berarti bahwa individu menjadi bebas infeksi, justru meningkatkan kemungkinannya. Karena, imun tubuh yang teraktifkan lebih fokus pada pengatasan serangan virus, bukan bakteri.

Dampak lain jika kesepian terus terjadi adalah penurunan aktivitas kognitif otak seperti proses belajar, memori, dan problem solving. Selain itu, penyakit lain yang berkaitan dengan imun tubuh juga lebih mungkin menyerang, contohnya kanker.

 

Cara Mengatasi Kesepian?

Sebagaimana cara menemukan penyebab kesepian, setiap orang memiliki cara penanggulangan yang juga berbeda tergantung penyebabnya. Namun, secara garis besar, kesepian dapat diatasi dengan mengubah cara kita mempersepsikan hubungan dengan sekeliling. Mengadaptasi standar kualitas hubungan yang kita anggap ideal. Mungkin saja, selama ini individu sebetulnya sudah memiliki teman banyak, sahabat yang perhatian, kekasih yang selalu ada, keluarga yang selalu mendukung, tapi jika individu itu masih memasang standar ideal hubungan yang terlalu tinggi, ia tidak akan lepas dari kesepian.

Sounds easy? Jelas tidak.

Faktanya, mengubah cara kita mempersepsikan sesuatu bukanlah hal yang mudah. Terutama jika kesepian yang dialami individu dilatarbelakangi oleh kejadian-kejadian masa kecil. Para ahli Psikoanalisa sangat meyakini bahwa masa kecil merupakan masa-masa yang sangat menentukan kepribadian individu, termasuk membentuk apakah individu akan tumbuh menjadi pribadi lonely-people atau non-lonely.

Jadi, menurut saya pribadi, cara terbaik untuk bisa menanggulangi kesepian adalah – memaafkan. Memaafkan realita kita yang mungkin tidak sesuai dengan harapan, memaafkan perubahan yang mungkin orang-orang di sekeliling kita tunjukkan, hingga memaafkan diri sendiri untuk tidak bisa selalu jadi seperti orang lain, atau untuk tidak bisa selalu memiliki apa yang orang lain miliki. Remember that everyone has their own paths of life, right?

 [caption caption="Memaafkan Diri Sendiri, Salah Satu Solusinya"]

[/caption]

Tidak seperti artikel-artikel Fight Stigma sebelumnya, di mana di akhir bagian saya cenderung mengajak Anda untuk membantu mendukung orang-orang yang mungkin mengalami gangguan. Kali ini, justru marilah kita membantu diri kita sendiri agar lepas dari kesepian. Because somehow loneliness is the worst poverty in the world.

-----------

Referensi:

Dahl, M. (2015, July 24). Why Lonely People Stay Lonely. Retrieved from Huffington Post: http://www.huffingtonpost.com/science-of-us/why-lonely-people-stay-lo_b_7849692.html

Gammon, K. (2012, March 2). Why Loneliness Can Be Deadly. Retrieved from Live Science: http://www.livescience.com/18800-loneliness-health-problems.html

Henig, R. M. (2014, August 11). The Science of Loneliness. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/blog/cusp/201408/the-science-loneliness

Shulevitz, J. (2013, May 23). The Lethality of Loneliness. Retrieved from New Republic: http://www.newrepublic.com/article/113176/science-loneliness-how-isolation-can-kill-you

Valadez, L. (2014, August 14). How To Survive The Unexpected Loneliness with Psyhology. Retrieved from Learning-Mind: http://www.learning-mind.com/how-to-survive-the-unexpected-loneliness-with-psychology/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun