[caption caption="Terasing, Terisolasi"]
Sama halnya dengan penyakit di tubuh, setiap orang memiliki penyebab kesepian yang berbeda-beda. Anak kecil yang baru masuk sekolah, mungkin mengalami kesepian karena ia belum berhasil menemukan teman main. Tentunya akan berbeda dengan seorang pemuda yang kesepian karena baru diputuskan pacarnya. Dan berbeda lagi dengan seorang ibu paruh baya yang kesepian karena ditinggal anak-anaknya kerja ke luar kota. Lantas, apa sebetulnya benang merah yang bisa menjelaskan mengapa kita terkadang kesepian?
Penjelasan yang paling banyak dilansir di berbagai sumber bahwa kesepian cenderung lebih disebabkan oleh cara kita MEMPERSEPSIKAN hubungan kita dengan orang lain. Itulah sebabnya sangat masuk akal bagi individu untuk tetap merasa kesepian bahkan ketika sedang berdiri di tengah pesta dan keramaian. Kesepian bukan perkara kuantitas, melainkan kualitas. Jumlah rekan yang dimiliki individu tidak dapat menjamin dirinya terbebas dari kesepian, selama individu itu masih mempersepsikan kualitas hubungan yang ia punya dengan teman-temannya belum ideal.
Alasan lain yang cukup mengejutkan bahwa kesepian ini sama halnya dengan penyakit, genetis, turunan. Terdapat perbedaan pada lonely people (mereka yang kesepian karena bawaan) dengan non-lonely people dalam beberapa hal. Salah satunya bahwa lonely-people cenderung sangat sensitif dalam bereaksi terhadap hal-hal emosional.
Dan alasan lainnya yang sangat masuk akal bahwa kesepian terjadi karena perasaan ditolak oleh lingkungan maupun orang lain.
Apa yang Terjadi Ketika Individu Kesepian?
Salah satu penelitian neurosains yang dilakukan oleh Dr.Ryiota Kanai terhadap orang yang mengalami chronical illness adalah menggunakan pindaian MRI pada otaknya. Ketika banyak orang berpendapat bahwa bagian otak yang lebih banyak berperan saat orang kesepian adalah bagian yang menangani kecemasan dan stress, rupanya hasil riset dokter Ryiota menunjukkan hal lain. Rupanya, pada saat individu mengalami kesepian, bagian otak yang paling banyak terdampak justru lobus atau area yang berhadapan dengan persepsi sosial. Dari hasil pindaian MRI-nya, ditemukan bahwa terdapat penurunan grey matters di lobus atau area otak yang berhubungan dengan keterampilan sosial individu.
Apa yang Terjadi Jika Individu Terus Menerus Mengalami Kesepian?
Riset menunjukkan bahwa emotional isolation yang kerap dialami saat kesepian memiliki risiko kematian lebih tinggi bahkan dari perilaku merokok. Mengapa kesepian dapat menjadi faktor yang begitu mematikan? Hal ini dapat dijawab oleh hasil penelitian John Cacioppo mengenai efek biologis dari kesepian (http://www.livescience.com/18800-loneliness-health-problems.html).