Dia juga menjadi bagian dari kelompok mahasiswa seperti Indische Vereeniging, yang di mana dia berpartisipasi dalam kampanye untuk kemerdekaan Indonesia. Sosrokartono berpendapat bahwa pendidikan adalah alat penting untuk memberdayakan masyarakat dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan masa depan. Ajaran moralnya menekankan betapa pentingnya hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan dan sesama manusia, serta betapa pentingnya untuk membantu dan melayani sesama manusia.Â
Sosrokartono dianggap sebagai guru spiritual banyak orang, termasuk Bung Karno. Filosofinya tentang etika dan kemanusiaan sangat relevan dengan perjuangan bangsa saat itu. Ia menekankan bahwa setiap orang harus memiliki manfaat bagi masyarakat, yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, yang merupakan dasar negara. Sosrokartono berusaha mendorong kesadaran masyarakat untuk memperjuangkan hak-hak mereka dengan menggunakan pendekatan humanis dan spiritual.
Keyakinan bahwa pendidikan dan moralitas adalah kunci untuk mencapai kemerdekaan dan kesejahteraan bangsa Indonesia mendorong Sosrokartono untuk menjadi pemimpin.
- Mengapa Sosrokartono menerapkan Gaya Kepemimpinan yang spesifik?
Filsafat Jawa dan Monocentrisme Nilai Moral: Dalam filsafat Jawa, figur kepemimpinan seringkali berpusat pada satu orang yang dihormati oleh masyarakat. Sebagai karakter utama, Sosrokartono diakui karena kebijaksanaan dan kearifannya. Dengan berkonsentrasi pada satu pusat kepemimpinan ini, struktur kelembagaan memperoleh stabilitas dan legitimasi.Â
1. Metafisik: Dimensi metafisik, seperti hubungan dengan kekuatan supranatural atau rohani, sering dikaitkan dengan kepemimpinan Jawa. Ini memasukkan aspek keagamaan dan spiritual ke dalam kepemimpinan. Untuk meminta kekuatan ilahi, Sosrokartono, seorang Muslim yang saleh, sering melakukan ritual spiritual seperti puasa ngebleng selama 47 hari.
2. Etis: Sosrokartono mengedepankan prinsip kebaikan, kejujuran, dan keadilan dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Ia selalu menunjukkan sikap dermawan dan adil, selalu mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingannya sendiri.Â
Kontribusi Pendidikan dan Karakter Bangsa Sosrokartono sangat peduli dengan pendidikan dan perkembangan karakter bangsa. Ia percaya bahwa pendidikan adalah cara utama untuk memberdayakan orang dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi hal-hal yang akan datang. Akibatnya, ia tidak hanya berusaha keras untuk meningkatkan standar pendidikan di Indonesia, tetapi ia juga memberikan pendidikan moral dan moral yang kuat kepada Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Praktik Spiritual dan Moral Sosrokartono dikenal sebagai polyglot, menguasai 34 bahasa, termasuk 10 bahasa lokal. Kemampuan bahasanya menunjukkan komitmennya untuk memahami bahasa dan budaya lokal selain membantu dalam diplomasi politik. Kegiatan keagamaan yang dia jalankan, seperti puasa ngebleng, menunjukkan keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan, mencerminkan sikap spiritualnya.
Contoh Nyata: Kisah Swiss Sosrokartono pernah menjelajahi Swiss yang indah, tetapi dia dihadang dan hartanya dirampas. Dalam situasi sulit, Sosrokartono hanya meminta para penjahat untuk memberi tahu ibunya tentang kematian dia. Penjahat mengembalikan hartanya dan membiarkannya pergi setelah menerima permohonan ini. Kisah ini menunjukkan kemampuan Sosrokartono untuk menghadapi tantangan dan keyakinannya bahwa keadilan dan kebenaran akan selalu menang.3:
Secara keseluruhan, filsafat Jawa, yang menekankan pragmatis, etis, monocentrisme, dan metafisik, memengaruhi gaya kepemimpinan Sosrokartono. Dia menjadi contoh yang baik bagi banyak pemimpin Indonesia karena nilai-nilai moral dan spiritual yang dia anut. Selain itu, dedikasinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sifat bangsa menunjukkan komitmennya untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kesejahteraan Indonesia.
- Apa Tujuan utama yang ingin dicapai Sosrokartono melalui Kepemimpinannya?