Mohon tunggu...
Journalist From Indonesia🇮🇩
Journalist From Indonesia🇮🇩 Mohon Tunggu... Jurnalis - Kerja-Belajar-Liburan🌷

Mengerti aku dalam aku

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulau Terisolir di NTB yang Menyimpan Beragam Keunikan

19 Oktober 2022   22:14 Diperbarui: 20 Oktober 2022   07:15 2421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biota laut(Bulu babi) isi nya yang kerap dimakan oleh warga maringkik. Dokpri 

Nusa Tenggara Barat - Citra Maulida - Pulau Maringkik, pulau terpencil dan terpadat di Nusa Tenggara Barat(NTB) yang berada di Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, pulau tersebut menjadi salah satu dari 254 desa dan kelurahan yang ada di wilayah administratif  Kabupaten Lombok Timur(Lotim). 

Disebut desa karna pulau Maringkik tersebut adalah sebuah gili atau pulau kecil yang berada terpisah dengan daratan Pulau Lombok, jaraknya sekitar 10 kilometer menuju daratan atau dibagian timur dari desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak.

Potret warga maringkik yang masih menggunakan alat tradisional. Dokpri
Potret warga maringkik yang masih menggunakan alat tradisional. Dokpri

Pulau seluas 11 hektare ini menjadi satu-satunya pulau berpenghuni terpadat dan terpencil di NTB. Mengutif data dari Badan Pusat Statistik(BPS) Lombok Timur(Lotim)  tahun 2021 dan kepala desa Pulau Maringkik, Nusapati menyebut jumlah penduduk 1.989 jiwa.

Penduduk yang mendiami Pulau Maringkik itu terdiri dari laki-laki sebanyak 1.006 jiwa dan perempuannya berjumlah 983 jiwa. Sedangkan penduduk 2022 ini tercatat meningkat menjadi sekitar 2.105 jiwa. Sedangkan jumlah anak-anak yang berusia 6-17 tahun yakni 427, yang dimana dirincikan perempuan 208 dan laki-laki berjumlah 219.

Meski terpadat di NTB, beragam suku mendiami pulau tersebut, yakni suku  Ende, Bugis, Bajo, Mandar, Sasaq, keunikan pulau mungil tersebut membuat Pemerintah Daerah(Pemda) setempat menjadikannya desa wisata dengan Surat Keputusan(SK) yang di Launcing pada 16 September 2021, desa wisata berbasis bahari tersebut memiliki beragam keindahan, baik pemandangan pasir putih memanjang, laut biru, ayunan tengah laut yang ada di pulau tersebut. 

Potret wisatawan yang membawa galon menuju pulau maringkik. Dokpri
Potret wisatawan yang membawa galon menuju pulau maringkik. Dokpri

Sebagai desa wisata, tentu menjadi perhatian wisatawan asing untuk mengunjungi pulau tersebut, namun dengan kondisi minim air untuk minum dikarenakan sering terjadi kemacetan air membuat wisatawan yang ingin mengunjungi pulau tersebut terpaksa membawa air dari luar pulau Lombok. 

Selain itu, sebagai pulau yang dijuluki Pulau Terpencil Tertinggal Terluar(3T) dengan pola kehidupan masyarakat yang masih banyak menggunakan alat tradisional untuk memasak lauk pauk, hal itu dikarenakan jarak tempuh pasar dari pulau tersebut membutuhkan waktu 50 menit, itupun dengan menyebrangi laut, dikarenakan pasar, ritel modern dan kios besar tidak ada dipulau tersebut. 

Sehingga selain memanfaatkan alat tradisional, ditemui juga warga pulau Maringkik memanfaatkan makanan laut sebagai kebutuhan lauk pauk mereka, seperti biota laut, isi bulu babi dan ikan, mengingat mata pencaharian warga di pulau tersebut ialah sebagai nelayan. 

Biota laut(Bulu babi) isi nya yang kerap dimakan oleh warga maringkik. Dokpri 
Biota laut(Bulu babi) isi nya yang kerap dimakan oleh warga maringkik. Dokpri 

"Untuk memenuhi kebutuhan kami di pulau ini, seperti ingin membeli pakaian, sayur, minyak goreng atau bahan pokok lainnya, kami harus menyebrang dulu dan itu lama. Kalau air kandas? Perahu kami tidak bisa jalan, dari situ kami menggunakan terbiasa menggunakan alat tradisional" ujar salah satu warga di pulau Maringkik, Mutiari ketika diwawancarai wartawan pada Rabu (19/10/22).

Berbagai keterbatasan membuat pulau tersebut terisolir, alat medis pun masih terbilang minim dipulau tersebut yang hanya ada Puskesmas Pembantu(Pustu), dengan keterbatasan alat medis. Sehingga pada saat situasi pasien sakit yang harus cepat membutuhkan pertolongan(Urgent) membuat pasien harus dilarikan ke Puskesmas terdekat.

Namun membutuhkan waktu untuk menyebrangi lautan, selain dari segi medis, air bersih juga minim Dipulau tersebut.  Untuk menyalurkan air kepulau tersebut dibutuhkan pipa selang bawah air agar kecukupan air bersih bisa di distribusikan dipulau tersebut.

Potret saluran pipa air dari laut yang disalurkan ke pulau maringkik. Dokpri
Potret saluran pipa air dari laut yang disalurkan ke pulau maringkik. Dokpri

"Yang namanya air disalurkan lewat laut, kadang air macet, dan kalau keluar air kami harus mengantre untuk mendapatkan air bersih. Jarang pulau kami disentuh oleh pemerintah, mungkin karna ditengah laut, cuaca dan gelombang yang membuat pihak Pemda jarang kepulau kami. Kesini jika cuaca membaik" ujar Mutiari.

Masih menggunakan alat tradisional untuk memasak. Dokpri
Masih menggunakan alat tradisional untuk memasak. Dokpri

Selain air, akses penunjang untuk guru honor berasal dari luar pulau, sehingga untuk menjalankan roda pendidikan proses belajar mengajar dibutuhkan beberapa waktu dari jam sekolah untuk guru menyebrang menuju pulau tersebut.

"Kan kebanyakan guru honor berasal dari luar pulau, sehingga guru ketika mengajar Dipulau kita tunggu di daratan pulau Lombok dari jam 7. Nah nyebrangnya jam 8. Nyampe nya jam 9, jadi anak-anak sd mulai belajarnya jam 9 karna menunggu guru datang dari luar pulau" ujar salah satu guru honor, Anwar S.pd yang mengajar di pulau  Maringkik.

Meski begitu, solidaritas sangat kental di pulau tersebut, baik menyambut tamu luar dan pendatang dari berbagai wilayah. 

Sedangkan aktivitas lain dari perempuan disana ialah menekuni kerajinan khas Bugis yang sering perempuan Maringkik produksi secara turun temurun berawal dari warisan nenek moyang mereka, namun beragam suku tak membuat mereka berseteru. Sifat kekeluargaan masih mereka jaga hingga saat ini, dengan bahasa yang mereka gunakan setiap hari ialah bahasa Bajo.

Warga yang sedang mengantre air. Dokpri 
Warga yang sedang mengantre air. Dokpri 

Sebagai daerah kepulauan yang berdekatan dengan berbagai pulau, seperti pulau Kambing, pulau Kahona. Namun, entah bagaimana asal muasal kesepakatan mereka dari lima suku tersebut berbaur menjadi satu bahasa, namun yang jelas belum ada masyarakat disana tahu persis sejarahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun