"Sampai berjumpai besok." Ia mengemasi wadah bekalnya dan berjalan pergi.
***
Ada seseorang berdiri di belakangku, meski aku tidak melihatnya langsung. Aku masih terus melanjutkan ceritaku, kepada sosok yang tidak mungkin menjawabku.Â
Tapi, dia tetap menjadi pendengar yang baik untukku. Sebelum ia tidak akan pernah menjawabku lagi-seperti sekarang ini, ia berpesan agar aku kembali melanjutkan hidupku. Dengan huru-hara dunia orang-orang yang silih berganti, terlalu banyak tetapi tidak semuanya berarti.Â
"Ayo pulang, Na. Sudah sepuluh jam kamu duduk di sini." Â
Mama, Papa, kakak, dan kulihat beberapa teman-temanku berada di sini. Mama membantuku berdiri dan memelukku. Kami berjalan pulang. Ia berpesan kepadaku agar aku tetap melanjutkan hidup, sebab hidup terus berjalan-kadang tidak perduli meski kau sedang berduka.Â
"Terima kasih telah menjadi teman terbaikku di bumi, Na." ucapku lirih-meski mereka tidak akan pernah mendengarku dan kini aku hanya bisa melihat punggung mereka mengecil, berjalan lebih jauh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H