"Makasih" ucapku.Â
Aku bisa melihatnya mengerutkan kening setelah mendengar kata yang terucap entah darimana asalnya itu.
"Ha? buat apaan?" jawabnya dengan raut wajah yang terlihat kebingungan.
Aku hanya bisa membalasnya dengan melontarkan senyuman singkat dan kembali berjalan cepat mendahuluinya. Aku bisa membayangkan bagaimana ekspresinya saat ini tanpa harus menoleh kebelakang. Aku hanya bisa terkekeh saat melihatnya kini mengejarku dan meminta penjelasan atas ucapanku yang mendadak dan tidak terduga itu. Setelah sekian lama akhirnya aku tersadar, aku tidak bisa membayangkan bertahan di kehidupan yang keras ini seorang diri. Terima kasih. Terima kasih karena telah hadir di hidupku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H