Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jangan Biarkan Keanekaragaman Hayati di Pesisir Utara Tinggal Cerita bagi Anak Cucu

14 Desember 2024   17:26 Diperbarui: 15 Desember 2024   01:00 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gathering bersama ibu Rika Anggraeni mengenai keanekaragaman hayati (screenshoot pribadi melalui zoom) 

Bila itu terus diabaikan tanpa adanya tindakan nyata, maka mungkin saja 20, 30 hingga 70 tahun mendatang, kota-kota di pesisir, termasuk Kota Pekalongan akan tenggelam. Jika sudah kehilangan tempat tinggal, kemana kita akan pergi?

Bagaimana Upaya Mitigasi untuk Mencegah Perubahan Iklim?

Sebelum terjadinya revolusi Industri, manusia lebih banyak bekerja secara manual sehingga lebih ramah lingkungan. Tapi, setelah manusia mengenal mesin dan perangkat-perangkat otomatis, aktivitas-aktivitas yang menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca semakin meningkat.

Perlu diketahui bahwa kategori penyumbang emisi terbesar secara berturut-turut antara lain industri produsen energi (46,35%), transportasi (26,39%), industri manufaktur dan konstruksi (17,75%), sektor lainnya (4,63%).

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar bumi bisa kembali pulih. Berikut ini aktivitas-aktivitas yang mendukung pemulihan bumi dari perubahan iklim,

Melakukan Transisi Energi

Sektor energi menyumbang emisi terbesar di Indonesia. Ya, itu karena sumber listrik masih menggunakan PLTU yang memanfaatkan penggunaan batubara sebagai bahan bakar. 

Dengan adanya transisi energi dari energi fosil menuju energi listrik, panas bumi, hingga surya, itu bisa meminimalisir pembuangan gas rumah kaca yang disebabkan oleh pembakaran energi fosil. 

Mengurangi Food Waste

Tahukah kamu bahwa Indonesia merupakan penghasil sampah makanan nomor 1 di Asia Tenggara dengan jumlah 20,93 juta ton per tahunnya.

Sampah-sampah makanan yang terkumpul di TPA dan membusuk akan menghasilkan gas rumah kaca bernama metana. Dengan demikian, dari jutaan ton sampah makanan akan terbuang pula jutaan gas metana ke udara. 

Problematika sampah makanan ini benar-benar harus diatasi melalui pengelolaan berkelanjutan secara masal dan terpusat. Selain itu, di dalam rumah tangga masyarakat, penerapan ambil makanan secukupnya, habiskan makanan tanpa sisa hingga belanja sesuai kebutuhan menjadi cukup krusial untuk dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun