Saat itu, usia saya masih sangat kecil. Kedua orang tua selalu memanfaatkan KRD tatkala berkunjung ke rumah simbah di Kendal. Saya masih ingat, harga tiket Kereta Api Indonesia jenis KRD kala itu Rp 1000.Â
Bentuk tiketnya pun masih sederhana. Warna-warni dengan bahan kertas karton. Nantinya, kondektur akan berkeliling untuk melubangi tiket. Sungguh sangat memorable.Â
Kembali pada percakapan Bu Marta dan saya di kereta Argo Sindoro kala itu. Selepas kami bercerita banyak, Bu Marta mentraktir saya sekotak Nasi Sapi Lada Hitam dan Kopi. Benar-benar rezeki tak terduga. Jujur, itu pertama kalinya saya makan nasi di kereta api.
Beliau bahagia bisa bertemu dan berbincang dengan teman baru di kereta. Bu Marta mengatakan bahwa saya cukup mirip dengan anaknya. Kebetulan jurusan pendidikan kami juga sama, Manajemen.Â
Pertemuan kami di waktu itu benar-benar pengalaman manis diantara dag dig dug ser-nya perjalanan kereta yang terhenti akibat kecelakaan menabrak mobil. Ngeri rasanya melihat puing-puing mesin mobil berantakan di atas batu-batu.Â
Sampai sekarang, pengalaman naik Argo Sindoro yang menabrak mobil itu cukup membekas dalam ingatan. Apalagi, goncangan yang diakibatkan juga sangat besar.Â
Begitu juga dengan traktiran Nasi Sapi Lada Hitam nan lezat oleh Bu Marta. Kenangan ini begitu manis untuk diingat. Sebab, saat itu uang saya terbatas, hanya cukup untuk biaya ojol setelah turun di Stasiun Gambir (Belum ambil uang di ATM). Bahagia rasanya bisa bertemu dengan orang baik.Â
Perkembangan Kereta Api Indonesia Era Kiwari
Saat ini, perkembangan Kereta Api Indonesia (KAI) sudah cukup bagus. Pihak perusahaan selalu mengusahakan langkah-langkah terbaik agar penumpang semakin nyaman.Â