Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Masihkah Ada Jalan Pulang bagi Para Orang Utan?

9 Juli 2024   17:06 Diperbarui: 14 Juli 2024   16:54 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika lapar, mereka hanya bisa menahan seadanya. Menunggu keajaiban hingga bisa menemukan buah maupun biji-bijian yang tersisa. 

Beberapa waktu lalu, viral sebuah video dua orang utan berbadan kurus  berjalan di area pertambangan di wilayah Kutai Timur. 

Tubuh induk dan anak orang utan tersebut sangat memprihatinkan. Seolah memperlihatkan bahwa mereka kekurangan makanan. Videonya bisa dilihat di sini,


Bagaimana? Menyedihkan bukan melihat keduanya berada dalam kondisi tinggal tulang dan kulit. Pertama kali menemukan video tersebut, saya menangis keras. Sedih rasanya membayangkan usaha mereka dalam mencari makanan dan tempat tinggal.

Induk orang utan tersebut sudah dievakuasi oleh tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim. Namun yang lebih menyesakkan hati, anak dari orang utan itu tak ditemukan keberadaannya. Apakah ia telah mati? Entahlah.

Manusia merupakan makhluk yang diberi akal oleh Tuhan. Diberi kesempatan untuk menjadi khalifah di bumi. Harusnya kelestarian alam bergantung pada aktivitas manusia. Mungkin, seandainya mereka sadar. 

Sampai kapan keserakahan manusia membuat makhluk lain kehilangan rumah dan juga tempat mereka mencari makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup?

Hutan, Sumber Makanan dan Obat bagi Orang Utan

Hutan memberi banyak hal, baik itu makanan hingga obat-obatan pada orang utan. Masih ingat sebuah postingan mengenai Rakus, orang utan yang mengobati sendiri lukanya? 

Rakus merupakan satu dari sekian banyak orang utan yang memanfaatkan tanaman-tanaman di hutan untuk mengobati bagian pipinya yang cedera. 

Foto Rakus yang mengalami luka (Foto ARMAS / PROYEK SUAQ via manilatimes.net)
Foto Rakus yang mengalami luka (Foto ARMAS / PROYEK SUAQ via manilatimes.net)

Para peneliti di Taman Nasional Gunung Leuser mengamati luka yang dialami Rakus sejak Juni 2022. Menurut peneliti yang dikutip dari detik.com, lukanya sembuh dalam kurun waktu 5 hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun