Mengakui eksistensi diri membuat kita bisa paham bahwa di dunia ini, kita punya andil dalam mengambil setiap keputusan, bukan berdasar penilaian orang lain.Â
Kedua. Menghilangkan sifat tak enakkan. Salah satu hal yang membuat kita secara tak sadar menyiksa diri sendiri karena sifat gak enakan. Akhirnya, bila sifat gak enakan lama terpelihara, maka menimbulkan gejolak. Misal, soal utang piutang.Â
Ketiga. Hindari sikap selalu ingin berkorban untuk orang lain. Sikap ini baik, namun jika dibiasakan, maka akan merasa bersalah tiap kali memikirkan diri sendiri.Â
Beberapa waktu lalu, seorang ibu berbagi beban via platform x, kurang lebih seperti ini ceritanya,Â
Si ibu adalah orang yang baik. Mungkin semenjak kecil, ia selalu dilatih untuk mengutamakan orang lain ketimbang diri sendiri. Hal itu baik, namun jika terlalu berlebihan justru merusak diri sendiri.Â
Ada kalanya manusia harus tegas dan membela kemauannya. Tak melulu berkorban untuk orang lain. Nyatanya, karena kebiasaan berkorban si ibu, anak dan suaminya tak tahu kalau si ibu juga membutuhkan ketenangan saat makan sate.Â
Selain si ibu, kasus youtuber Fat Cat di China, juga bisa jadi pelajaran bahwa berkorban untuk kekasih belum tentu akan diberi effort yang sama. Nyatanya, hingga tabungan Fat Cat habis pun, si pacar tetap menyatakan putus.Â
Keempat. Gunakan logika ketika bertindak. Adakalanya logika menjadi tumpul saat hati tengah berbunga-bunga. Orang yang sedang jatuh cinta tak akan mempan diberi kata-kata apapun, meski itu kebenaran.Â
Logika menjadi kunci utama, agar kita mampu berpikir serta mengambil keputusan secara tepat. Orang yang terkena toxic relationship misalnya, ia sudah tahu disakiti dan kerap dibela keluarga atau teman. Namun, karena logika hilang, susah untuk disadarkan.Â
***