Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketika Bertemu Sahabat Lama Tapi Tak Seindah Bayangan, Kenapa?

5 Oktober 2023   23:00 Diperbarui: 7 Oktober 2023   07:12 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertemanan. (Sumber gambar : Stocksnap/Pixabay) 

Bertemu sahabat yang sudah lama tak bersua, harusnya menjadi momen menyenangkan. Namun bagaimana bila ternyata sebaliknya?

Waktu itu merupakan kepulangan saya ke kota kelahiran setelah menyelesaikan kuliah. Tiba-tiba, sebuah notifikasi Facebook membuat saya mengenang kembali foto masa SMP dulu bersama dua sahabat saya. 

Kangen. Iya, rasanya ingin bertemu mereka kembali setelah berpisah selama kurang lebih 10 tahunan. Melalui mutual facebook--yang juga teman, tapi tak dekat--saya meminta nomor ponsel sahabat saya. Barangkali ia punya karena rumahnya satu desa. 

Seminggu kemudian, teman saya menghubungi via messenger dan memberi nomor sahabat SMP. Bahagia rasanya. Dengan semringah, saya hubungi sahabat, berharap saya diperbolehkan main ke rumahnya. 

Tentu saja, setelah saya menghubungi. Sahabat saya juga bahagia dan menanyai kabar saya selama ini. Dan pada momen itulah saya meminta izin untuk main ke rumahnya, tujuannya untuk bersilaturahmi dan berbagi cerita. Dia membolehkan.

Seminggu kemudian, saya bersama adik bermain ke rumah sahabat saya. Sebut saja ia bernama Ratna. Rumahnya masih sama, berada di samping sungai Pencongan dan ada warung sederhana depan rumahnya. 

Setelah saya mengetuk pintu dan memanggil beberapa kali, Ratna akhirnya muncul dari dalam rumah. Ia tersenyum ramah dan segera mempersilahkan saya dan adik untuk duduk. 

Setelah cukup lama kami melepas rindu, Tiba-tiba dia menawari saya dagangan dengan nada cukup memaksa. Pernah kena prospek MLM? Nah, itu yang sedang Ratna lakukan ke saya dan adik. 

Saya yang semula merasa bahagia tiba-tiba berubah perasaan. Rasanya cukup mengganggu karena cara Ratna mengenalkan produk cukup memaksa. Saya yang waktu itu ingin cerita banyak hal akhirnya hanya diam seribu bahasa. 

Saya hanya bisa senyam-senyum dan memperhatikan dengan seksama cara dia mempromosikan produknya yang berapi-api itu. Setelah selesai, dia mengeluarkan nota dan menanyakan apakah saya mau beli produknya atau tidak. 

Tentu, karena sedari awal niat saya bersilaturahmi, saya tak membawa banyak uang menuju ke sana. Dengan demikian, saya menolak secara halus agar ia tak merasa kecewa. Namun, saya bisa melihat raut wajah Ratna tampak kesal. Tapi, ya mau bagaimana lagi? 

Dua jam kemudian, saya berpamitan. Ratna yang semula terlihat senang kemudian nampak datar. Mungkin ia kecewa karena saya tak membeli produknya. Saya tak menyalahkan ia mau usaha mencari uang, namun seharusnya lebih membaca waktu dan situasi. 

Tentang Adab Bertemu Sahabat Lama

Setelah pulang dari rumah Ratna, adik saya bertanya ke saya, 

Kok niatnya bertamu melepas kangen malah di prospek MLM, Mbak? 

Waktu itu saya hanya bisa bilang ke adik sembari bercanda, agar jangan sampai seperti itu. Silaturahmi haruslah silaturahmi, bukan diganggu dengan hal lain. Apalagi jika sudah lama tak saling bertemu. 

Ada beberapa adab tak tertulis yang bisa saya bagikan ketika bersua dengan sahabat lama, 

  • Tanyakan kabarnya dan keluarga
  • Hindari pertanyaan-pertanyaan atau obrolan sensitif. 
  • Jangan menganggap diri paling baik dan dominan
  • Jangan menjadikan teman sebagai lahan prospek
  • Berkomunikasilah dengan baik dan menyenangkan
  • Jangan jadikan teman sebagai lahan untuk berhutang
  • Hormati selalu cerita-cerita yang teman sampaikan, tentang mengenang masa lalu misalnya. 

Demikianlah beberapa poin yang bisa dilakukan ketika bertemu dengan sahabat lama. Memang, terkadang kita juga tak bisa menebak perubahan yang terjadi dalam diri manusia. 

Bisa jadi, ia tak paham mengenai adab yang ada atau ia memang sedang butuh uang sehingga tak mengindahkan aturan tak tertulis soal bersilaturahmi. Entahlah.

Namun, semua itu bisa jadi pembelajaran saya kedepannya, untuk memurnikan pertemuan, harus fokus pada komunikasi dan membangun interaksi positif saat bertemu sahabat lama. 

Jujur, sejak saat itu saya tak lagi berkomunikasi dengan Ratna. Sebab, tiap saya chat dia, jawabannya pasti soal akan membeli produknya atau tidak. Wow! Masih aja ya.

Saya tak paham prosedur penjualan ala MLM itu seperti apa kok sampai Ratna harus memaksakan diri menjual produk pada orang yang sudah lama tak ia temui. Sekarang Ratna sudah menikah dan kami benar-benar lost contact.

Baiklah, itu dia uneg-uneg saya ketika bertemu sahabat lama yang tak sesuai bayangan. Mau bersilaturahmi  dan menyembuhkan rindu, malah diprospek MLM. Kenangan yang cukup berkesan.

Salam hangat dari Nurul Mutiara R A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun