Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mungkinkah Calon Presiden Membahas Keselamatan Para Gajah Sumatera?

8 Oktober 2023   17:08 Diperbarui: 19 Oktober 2023   12:18 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gajah (Sumber gambar : Pixabay/designerpoint)

"Kalau saya terpilih jadi pemimpin, maka saya akan menurunkan harga minyak dan sembako. Saya akan menggratiskan sekolah dari SD hingga SMA. Saya akan membangun infrastruktur di wilayah 3T dan sebagainya"

Setiap menjelang pemilu, para calon pemimpin biasanya akan memberi janji-janji manis agar dipilih oleh masyarakat. Janji-janji itu bisa berupa kenaikan gaji, penurunan harga BBM atau pemberian dana untuk desa. 

Namun dari semua janji manis yang dilontarkan, mungkinkah para cawapres berpikir mengenai penyelamatan Gajah Sumatera yang jumlahnya kian menurun? Sepertinya saya belum pernah mendengar itu. 

Pada bulan September lalu, seekor Gajah Sumatera berjenis kelamin betina lahir di Taman Nasional Tessonilo. Gajah lucu tersebut berasal dari indukan bernama Lisa. 

Ketika ia pertama kali diperkenalkan melalui media sosial instagram oleh pengelola BTN Tessonilo, banyak orang memberi selamat dan mengucap syukur tanda bahagia. Masyarakat semringah karena ada anggota baru Gajah Sumatera yang lahir ke dunia. 

Kelahiran bayi Gajah Sumatera seolah memberi harapan baru bahwa mereka bisa terus hidup ditengah gempuran zaman yang penuh isu-isu kerusakan lingkungan dan hutan. 

Berdasarkan informasi yang dinukil dari Media Indonesia, KLHK menyatakan bahwa dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, ditemukan 28 Gajah Sumatera mati karena berbagai sebab. Setiap tahunnya ditemukan 2-3 kasus kematian hewan langka ini.

Data kematian Gajah Sumatera dalam kurun waktu 8 tahun (Sumber : Media Indonesia)
Data kematian Gajah Sumatera dalam kurun waktu 8 tahun (Sumber : Media Indonesia)

Tentu, informasi tersebut memberi kita semua pecutan mengenai kehidupan mereka, terlebih gajah merupakan hewan yang mengalami perkembangbiakan lambat. Tiap hamil, gajah-gajah betina membutuhkan waktu sekira 2 tahun.

Bagaimana Jika Capres Membahas Kehidupan Gajah Sumatera? 

Sebenarnya banyak sekali satwa langka yang bisa dibahas oleh capres ke depan seperti Harimau, Elang, Macan dll yang juga terancam punah. Namun, melalui artikel ini saya mengambil 1 contoh, Gajah Sumatera. 

Setiap momen pemilu, bosan rasanya bila janji-janji itu tak memiliki inovasi dan korelasi dengan permasalahan yang sedang terjadi. Masalah kepunahan hewan-hewan karena perburuan liar atau deforestasi harus jadi salah satu bahasan utama. 

Seperti apapun, Gajah Sumatera adalah aset berharga bangsa. Mereka merupakan satwa endemik yang harus dilestarikan keberadaannya. Namun, kantong-kantong tempat Gajah Sumatera hidup kian memprihatinkan. 

Nah, jika debat atau diskusi capres diadakan, ada baiknya mereka juga mengkaji beberapa pembahasan tak biasa yang memiliki sangkut paut dengan wilayah konservasi atau hutan alam seperti, 

Pertama. Sanksi apa yang bisa diberikan kepada para pemburu atau pembunuh gajah sehingga mereka bisa jera. 

Kedua. Inovasi program apa yang perlu dibenahi agar deforestasi tak mengganggu alam sehingga gajah maupun  hewan lainnya bisa hidup lebih baik. 

Ketiga. Aturan-aturan mengenai wilayah konservasi yang diperketat sehingga tak disambangi para perusak. 

Keempat. Pendanaan bagi pengembangbiakan dan perlindungan para satwa termasuk Gajah-Gajah Sumatera di wilayah konservasi. 

Kelima. Solusi penyelesaian konflik gajah dan manusia atau hewan-hewan lainnya.

Semua tahu bahwa dalam hal ini, KLHK memegang peranan kunci. Namun, sebagai calon kepala negara, mengetahui langkah-langkah konkret untuk menjaga kelestarian satwa itu penting. Seperti apapun, para satwa itu merupakan makhluk hidup. Mereka juga layak dihargai kelestariannya oleh manusia.

Ilustrasi Gajah (Gambar : Pixabay/Olivier_D)
Ilustrasi Gajah (Gambar : Pixabay/Olivier_D)

Jujur, jarang sekali saya mendengar para calon pemimpin membahas mengenai lingkungan atau kehidupan-kehidupan satwa di wilayah konservasi. Bahkan solusi yang ditawarkan mengenai konflik manusia dan hewan juga belum pernah diangkat. 

Padahal, konflik tersebut santer terdengar beritanya di media sosial maupun mainstream. Apakah salah ketika para gajah atau hewan-hewan saat berkonflik dengan manusia? Tentu tidak. Di sanalah habitat mereka. Di sanalah mereka lahir, makan dan besar. 

Saat manusia hadir, gajah-gajah mulai tergusur. Imbasnya, mereka menyerang manusia. Kalau sudah begini, beberapa oknum akan membunuh mereka dengan cara dijerat atau diracun. Miris, iya miris setiap kali mendengar ada gajah yang mati. 

Nah, dalam tahun-tahun politik seperti saat ini, bagaimana kiranya calon pemimpin membahas upaya-upaya menjaga kelestarian para hewan, termasuk Gajah Sumatera? 

Kalau ada, sungguh, itu gebrakan luar biasa. Saya acungi 100 jempol. Selanjutnya, saya mungkin akan memilihnya sebagai calon pemimpin dalam Pemilu 2024 nanti.  Pun dengan legislatif, pilih caleg yang tepat adalah kunci. 

Salam hangat dari Nurul Mutiara RA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun