Mungkin perasaan sedih dan marah bercampur jadi satu karena waluh kukus yang sudah disiapkan sang ibu ternyata tak ada yang berminat memakannya.
Menghargai Sebuah Pemberian
Dalam cerita yang dibagikan Ainay, Yati menjadi tokoh antagonis karena dianggap sembarangan saat berbicara perihal waluh kukus yang ia temukan.Â
Dari situlah kita bisa memetik pelajaran untuk menghargai pemberian orang dan tak sembarangan dalam berbicara, terlebih itu merupakan makanan.
Yati--yang saat itu sama-sama bocah--mungkin hanya mengungkapkan kepolosannya melihat makanan yang tak biasa. Namun cara bicara yang ceplas-ceplos ternyata juga gak baik didengar, terlebih itu di hadapan teman-teman dan di dalam mushola pula yang notabene ramai.Â
***
Dari trit viral di twitter mengenai waluh kukus itu kemudian saya belajar bahwa ketika menjadi orang tua nanti, mengajarkan anak untuk tidak sembarang mencela makanan adalah penting, walaupun dari segi tampilan terlihat kurang meyakinkan.Â
Dan satu lagi, dalam hidup, meski apa yang kita suguhkan ke orang lain tak sepenuhnya diterima dengan baik, itu tidak apa-apa. Niat tulus sudah menjadi bahan pertimbangan terbaik agar bisa memproses diri menjadi karakter yang lebih baik.Â
Semoga menginspirasi. Salam hangat dari Nurul Mutiara R.A
Sumber trit : Â Ainay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H