“Transformasi BRI menjadi lembaga keuangan inklusif dan berbasis digital membuat UMKM bukan hanya mampu tumbuh dan tangguh melawan krisis, tetapi juga siap naik kelas melalui program BRILianpreneur”
Sejak 24 tahun lalu, UMKM terbukti mampu menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk pulih dari krisis. UMKM yang notabene dimiliki oleh masyarakat, memberi sumbangsih penting dalam menggerakkan roda ekonomi mulai dari dasar.
Ada sekitar 97 persen tenaga kerja terserap dan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,07% atau senilai Rp8.573,89 triliun sampai bulan Maret 2021.
Tentu, angka tersebut bukanlah nilai yang sederhana. Dari PDB dan penyerapan tenaga kerja sebesar itu, artinya ada tambahan pendapatan bagi negara dan ada dapur yang mengepul bagi rumah tangga masyarakat.
Meski begitu, dalam kurun waktu 3 tahun belakangan, badai krisis kembali mendera. Tak seperti krisis moneter 1998, kali ini UMKM benar-benar terkena hantaman yang cukup kuat akibat pandemi. Ada sekitar 87,5% UMKM (Berdasarkan survei Bank Indonesia) yang mengalami kelumpuhan hingga kematian.
Jika 24 tahun lalu usaha-usaha kecil masih bisa hidup lantaran daya beli masyarakat yang cenderung normal, terganggunya aktivitas karena PSBB, PPKM hingga WFH membuat arus produksi dan distribusi produk menjadi tersendat. Pasalnya, orang lebih banyak melakukan kegiatan di dalam rumah.
Sekolah, perkantoran, pasar, pertokoan, pameran-pameran hingga tempat berniaga lainnya dibatasi aktivitasnya. Dengan demikian, UMKM kesulitan untuk menjual produk secara offline. Termasuk kegiatan pariwisata yang biasanya jadi ladang menggiurkan bagi UMKM.
Salah satu contoh usaha yang terdampak pandemi adalah Pawon Luwak Coffee. Pawon Luwak Coffee merupakan kedai kopi luwak yang berada di area Candi Pawon, Magelang, Borobudur, Jawa Tengah.
Sudut-sudut Candi Pawon yang biasanya dijejali pedagang dan wisatawan itu tampak sepi. Toko-toko yang mengitari candi pun tak memiliki aktivitas mencolok. Sesekali hanya terlihat anak-anak kecil berlalu lalang dengan sepeda di jalanan sekitar.
Sebelum pandemi, Pawon Luwak Coffee menjadi tempat yang selalu ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun internasional. Selesai berwisata ke area candi, biasanya wisatawan akan mencari tempat untuk istirahat sembari bersantai. Nah, Pawon Luwak Coffee menjadi salah satu tujuan mereka.
Pawon Luwak Coffee bukan hanya tempat yang menawarkan daya tarik melalui atmosfer kedai kopi ala rumahan, tetapi juga story mengenai proses pembuatan Kopi Luwak hingga sampai ke cangkir.
Bagi orang yang masih awam mengenai kopi dari kotoran luwak ini, tentu akan merasa penasaran sehingga antusias untuk menguliknya.
Hari itu, 25 Juni 2021 saya dan beberapa kawan mendapat kesempatan untuk berbincang dengan pemilik yakni Pak Aji. Pak Aji mengatakan bahwa sebelum pandemi, Pawon Luwak Coffee bisa menghidangkan kopi hingga ratusan cangkir.
Namun, setelah ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan pembatasan pariwisata, pengunjung yang datang mengalami penurunan tajam sehingga kedai hanya bisa menjual beberapa cangkir saja.
Padahal, lebih banyak pembeli Kopi Luwak justru wisatawan asing. Mereka selalu penasaran dengan keunikan proses pembuatan kopi yang berasal dari kotoran luwak. Beda dari kopi pada umumnya.
Pak Aji menambahkan, pandemi Covid-19 punya dampak buruk bukan hanya bagi Pawon Luwak Coffee, tetapi juga usaha di sekitar Candi Pawon. Beberapa usaha yang memproduksi jajanan tradisional, pakaian, hingga aksesoris misalnya, banyak yang mengalami gulung tikar akibat sepi pengunjung.
Perlu diketahui bahwa hampir sebagian besar usaha di wilayah Borobudur berukuran mikro menengah. Itu artinya mereka sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku dan modal dari hasil penjualan.
Selain itu, kebanyakan pemilik UMKM di Kecamatan Borobudur melakukan penjualan langsung, bukan melalui platform digital seperti marketplace atau e-commerce sehingga sangat terdampak bila terjadi PSBB atau PPKM.
Jika kondisi ini tak segera diatasi, ada kemungkinan besar Indonesia mengalami kelesuan ekonomi di sektor UMKM karena masyarakat tak mampu lagi mendapatkan modal untuk membangun kembali usaha.
Dengan demikian, perlu adanya kebijakan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk menstimulasi UMKM agar bisa tetap tumbuh bahkan tangguh melawan pandemi.
Bagaimana cara agar UMKM tetap Tangguh dan Tumbuh?
Berdasarkan data dari Kemenkop UKM, ada sekitar 37.000 UMKM yang terdampak sangat serius terhadap pandemi, sekitar 56% melaporkan penurunan penjualan, 22% melaporkan permasalahan soal aspek pembiayaan, 15% melaporkan pada masalah distribusi barang, dan 4% melaporkan kesulitan mendapatkan bahan baku mentah.
Tak bisa dipungkiri bahwa aspek pembiayaan termasuk poin paling krusial bagi UMKM. Agar bisa tetap menggeliat, UMKM membutuhkan modal yang cukup, minimal untuk membeli bahan baku dan melakukan proses produksi.
Pemerintah telah menjalankan sejumlah program dukungan UMKM, diantaranya bantuan insentif dan pembiayaan melalui program PEN, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) hingga Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Demi mendukung tangguh dan bertumbuhnya UMKM, terinisiasi program strategis untuk pembiayaan UMKM melalui KUR Kluster. Bagi yang belum tahu, KUR Klaster sendiri merupakan kredit Mikro, kredit Kecil, dan kredit khusus yang diberikan kepada kelompok usaha tertentu. Sampai saat ini, KUR kluster berkontribusi terhadap target penyaluran kredit usaha sebesar 94,37 persen.
Perlu dipahami bahwa hingga Oktober 2022, pemerintah telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan total nilai sebesar Rp1.250,8 triliun. Pada waktu tersebut, KUR paling banyak disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan nilai sebesar Rp854,16 triliun.
Transformasi BRI yang lebih inklusif dan berbasis digital memudahkan bukan hanya pembeli tetapi juga pemilik UMKM dalam menghidupkan kembali usaha yang sempat lesu akibat pandemi.
Pantaslah tercetus sebutan BRIPahlawanFinansial dan sahabat bagi UMKM. Dari berbagai saluran yang bisa dimanfaatkan, BRI menjadi lembaga keuangan nomor wahid yang berkontribusi menyalurkan permodalan bagi UMKM di Indonesia.
Ketika penyaluran modal usaha melalui KUR mampu dimanfaatkan secara optimal, maka akan ada lebih banyak UMKM yang tumbuh dan tangguh menerjang badai pandemi. Terutama untuk UMKM yang sudah memanfaatkan platform digital untuk promosi dan memasarkan produk.
Mengapa demikian? Ya, sebab platform digital berupa marketplace, media sosial hingga e-commerce mampu memberi tempat bagi pemilik usaha untuk memasarkan produk dengan jangkauan yang lebih luas dan mudah.
Terlebih, masyarakat sudah mulai memanfaatkan pembayaran digital seperti BRImo sehingga memudahkan akses transaksi tanpa terbatas waktu dan tempat. Mau beli produk UMKM apapun, bisa dilakukan dengan mudah berbekal ponsel dan internet saja.
Bersama BRILianpreneur, UMKM Kian Melejit dan Naik Kelas
Semua paham bahwa UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia sejak dahulu. Namun demikian, membuat UMKM terus tumbuh dan tangguh bukan hanya sebatas memberi suntikan modal saja. Lebih dari itu, ada bagian lain yang harus dipercantik agar UMKM bisa semakin naik kelas.
Nah demi mewujudkan itu, BRI bukan hanya menciptakan ekosistem digital yang baik bagi konsumen dan pelaku UMKM melalui BRImo. Bank milik BUMN ini juga membuat gebrakan luar biasa dalam bentuk BRILianpreneur.
BRILianpreneur sendiri merupakan program yang diinisiasi oleh BRI sejak tahun 2019 untuk menampilkan produk-produk terbaik Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) di seluruh Indonesia.
Pada gelaran BRILianpreneur tahun ini, ada lebih dari 500 produk UMKM dari 6 kategori yang berbeda seperti home decor and craft, food and beverage, accessories and beauty, fashion and wastra, healthcare and wellness dan digital technology.
So, apa sih pengaruh BRILianpreneur bagi UMKM?
Banyak sekali.
Dalam gelaran tersebut, produk-produk UMKM akan dipamerkan melalui pameran yang dilaksanakan secara hybrid. Tentunya, itu bisa mengundang daya tarik bagi konsumen bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga negara lain.
Semakin besar konsumen dari negara lain tertarik dengan produk UMKM maka semakin besar pula kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan eksport secara masif. Tentunya, produk yang dibuat harus teruji kualitasnya, entah dari sisi visual, manfaat, daya tahan hingga packaging.
Nah, demi masuk sebagai peserta pameran dalam BRILianpreneur, maka tiap UMKM binaan BRI akan berkompetisi dalam meningkatkan kualitas produknya melalui berbagai tahapan pelatihan dan inkubasi.
Bisa kita lihat pada gambar, rata-rata produk UMKM sudah memiliki visual mumpuni untuk level ekspor. Ini artinya, program BRILianpreneur telah melahirkan para entrepreneur yang mampu bersaing secara global melalui produk unggulan mereka.
Demikianlah transformasi yang berhasil BRI ciptakan untuk mendukung UMKM di Indonesia agar terus tumbuh, tangguh dan naik kelas melalui program dan layanannya.
Harapannya pada HUT127BRI, transformasi lembaga keuangan plat merah ini semakin membawa Indonesia pada perekonomian yang lebih kuat dan berkualitas. Semangat membangun negeri, BRI!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H