Perlu diketahui bahwa hampir sebagian besar usaha di wilayah Borobudur berukuran mikro menengah. Itu artinya mereka sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku dan modal dari hasil penjualan.Â
Selain itu, kebanyakan pemilik UMKM di Kecamatan Borobudur melakukan penjualan langsung, bukan melalui platform digital seperti marketplace atau e-commerce sehingga sangat terdampak bila terjadi PSBB atau PPKM.
Jika kondisi ini tak segera diatasi, ada kemungkinan besar Indonesia mengalami kelesuan ekonomi di sektor UMKM karena masyarakat tak mampu lagi mendapatkan modal untuk membangun kembali usaha.Â
Dengan demikian, perlu adanya kebijakan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk menstimulasi UMKM agar bisa tetap tumbuh bahkan tangguh melawan pandemi.Â
Bagaimana cara agar UMKM tetap Tangguh dan Tumbuh?
Berdasarkan data dari Kemenkop UKM, ada sekitar 37.000 UMKM yang terdampak sangat serius terhadap pandemi, sekitar 56% melaporkan penurunan penjualan, 22% melaporkan permasalahan soal aspek pembiayaan, 15% melaporkan pada masalah distribusi barang, dan 4% melaporkan kesulitan mendapatkan bahan baku mentah.
Tak bisa dipungkiri bahwa aspek pembiayaan termasuk poin paling krusial bagi UMKM. Agar bisa tetap menggeliat, UMKM membutuhkan modal yang cukup, minimal untuk membeli bahan baku dan melakukan proses produksi.
Pemerintah telah menjalankan sejumlah program dukungan UMKM, diantaranya bantuan insentif dan pembiayaan melalui program PEN, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) hingga Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Demi mendukung tangguh dan bertumbuhnya UMKM, terinisiasi program strategis untuk pembiayaan UMKM melalui KUR Kluster. Bagi yang belum tahu, KUR Klaster sendiri merupakan kredit Mikro, kredit Kecil, dan kredit khusus yang diberikan kepada kelompok usaha tertentu. Sampai saat ini, KUR kluster berkontribusi terhadap target penyaluran kredit usaha sebesar 94,37 persen.
Perlu dipahami bahwa hingga Oktober 2022, pemerintah telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan total nilai sebesar Rp1.250,8 triliun. Pada waktu tersebut, KUR paling banyak disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan nilai sebesar Rp854,16 triliun.