Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepada Siapa Kita Seharusnya Bersedekah?

10 September 2022   09:27 Diperbarui: 10 September 2022   09:35 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: sman4jember.sch.id

Bersedekah itu memurnikan harta dan melebarkan kebajikan. Manusia yang memiliki harta lebih, wajib memberikan sebagian hartanya untuk masyarakat yang membutuhkan. Bagi kaum muslim misalnya, ada kewajiban untuk bersedekah 2,5 persen dari harta yang dipunyai.

Namun, kepada siapakah kita seharusnya bersedekah?

Pertanyaan ini akhir-akhir ini cukup membuat saya berpikir mendalam. Jika hendak bersedekah, mengapa kita harus pilih-pilih? 

Ya, ternyata ada beragam alasan, salah satunya bila sedekah yang kita berikan ternyata salah sasaran, bukannya memberikan ke pihak yang membutuhkan tapi justru memberikan ke orang yang sebenarnya mampu secara finansial.

Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah artikel yang mencuat pada takarir instagram. Sebuah ulasan singkat tentang seorang ibu berinisial SL di Kudus yang mengemis di Jepara untuk biaya angsuran mobil.

Sumber gambar: Tangkap layar Instagram Medcom.id
Sumber gambar: Tangkap layar Instagram Medcom.id

Ibu SL ini mengatakan, bisa mendapatkan uang sebesar Rp 150.000-Rp 200.000 sehari. Bila beruntung, selama 21 jam ia bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 700.000. 

Uang yang ia kumpulkan selama mengemis tersebut, sebesar Rp 1500.000 akan disetor untuk pembayaran angsuran mobil yang belum lunas.

Membaca ulasan tersebut, saya kemudian berpikir bahwa bersedekah memang harus memilih. Sebab, saya hanya berharap, sebagian harta yang dipunya bisa tersalur pada mereka yang berhak.

Eh Ra, tapi kalau niat kita untuk Allah dan menyucikan diri, harusnya tak pandang bulu donk! Biar Allah yang nilai kebaikan kita entah itu tepat sasaran atau engga!

Tak sedikit orang yang mengatakan kalimat demikian saat saya beropini mengenai bersedekah. Jujur saja, saya pernah kesal dengan oknum pengemis yang ternyata mampu.

Pengalaman itu terjadi ketika saya masih menjadi mahasiswa baru di sebuah kampus di Jogja. Sebagai orang yang masih awam terhadap lingkungan sekitar, saya terlalu polos menilai orang.

Jadi, sore itu saya bertemu dengan seorang ibu yang mengaku membutuhkan uang karena anaknya sakit. Ibu tersebut terlihat lusuh dan sangat membuat iba sampai-sampai saya sedih melihatnya.

Saya yang waktu itu membawa uang sekitar Rp 10.000 akhirnya memberikan uang tersebut ke si ibu. Saya cuma bisa menolongnya dengan uang seadanya karena waktu itu uang bulanan belum cair.

Beberapa tahun kemudian, di tempat yang berbeda, saya bertemu dengan ibu itu lagi saat makan di kawasan Taman Kuliner UNY dan dia meminta uang dengan modus cerita yang sama, anaknya sakit sehingga membutuhkan biaya berobat.

Kontan, saya jadi merasa terkejut dan mulai curiga bahwa itu merupakan modus si ibu untuk menarik simpati. Dan benar saja, menurut penjual makanan tempat saya nongkrong, ibu tersebut sebenarnya punya. 

Setiap selesai mengemis, ia akan dijemput oleh putranya menggunakan motor bagus. Dan kabarnya, si ibu juga pemiliki kos-kosan. Penjual makanan yang bercerita ternyata pernah bertetangga sebelumnya dengan si ibu tersebut. Weleh...weleh.

Sejak saat itu, saya cukup kecewa dengan perilaku-perilaku semacam itu. Terserah apabila ada orang yang berkata,

"Kamu gak ikhlas bersedekah berarti, Ra!" 

Atau 

"Sedekah itu urusanmu sama Allah, biarkan ibu itu yang bertanggungjawab atas dirinya"

Well ya, itu memang benar, dosa atau pahala memang urusan kita dan Tuhan. Namun bagaimana bila memberi pada yang tak berhak justru memunculkan mental mengemis dan memanfaatkan orang lain? No, no, no! Jangan sampailah.

Saya yakin, setiap orang juga bakal merasa kesal bila sedekah yang kita lakukan salah sasaran.

Nah, untuk menghindari sedekah salah sasaran, saya biasanya memberi sedekah pada orang-orang terdekat yang memang kelurangan.

1. Bersedekah pada Keluarga

Keluarga adalah bagian pertama yang menaungi kehidupan kita. Kita kadang tak menduga bahwa dibalik keinginan untuk bersedekah ternyata masih ada keluarga kita yang membutuhkan bantuan.

Bila saya memiliki rezeki dan tahu bahwa ada anggota keluarga saya yang membutuhkan, saya akan memprioritaskan sedekah saya untuk mereka dahulu. Pun, bila ternyata saya sendiri masih membutuhkan, maka saya akan membantu diri saya sendiri terlebih dahulu.

2. Bersedekah pada Teman

Teman merupakan orang yang berada di sekitar kita, entah ia merupakan sahabat atau kenal karena beberapa kali bertemu untuk berkomunikasi.

Sama seperti pada saudara, saat ada teman yang membutuhkan uang atau bantuan, saya lebih memilih memberi ke teman ketimbang pengemis, asal saya dalam keadaan punya uang.

3. Bersedekah pada Tetangga

Tetangga adalah orang-orang yang rumahnya berdekatan dengan kita. Otomatis, kita sedikit paham mengenai kondisi mereka sehari-hari termasuk menyoal keuangan.

Di sekitar rumah saya, pernah ada tetangga yang benar-benar tak punya. Rumah terlihat akan ambruk dan pakaian anggota keluarganya sudah terlihat tak layak. Saya lebih memilih bersedekah pada tetangga yang kekurangan seperti itu dibanding ke pengemis di jalanan.

4. Bersedekah pada hewan

Banyak bersedekah yang bisa dilakukan kepada hewan, entah secara langsung maupun melalui platform donasi terpercaya. Jujur, saya suka dengan hewan-hewan dan selalu merasa sedih melihat nasib para hewan yang kurang beruntung.

Tak seperti manusia yang bisa meminta tolong saat kesusahan, hewan tidak seperti itu. Adakalanya mereka harus melalui jalan yang sulit untuk bertahan hidup sehingga membutuhkan bantuan dari manusia.

***

Ya, itulah beberapa opini saya mengenai kegiatan bersedekah. Tiap orang tentu punya opini berbeda mengenainya. But, its okay. Semoga kita selalu diberi rezeki banyak oleh Tuhan agar senantiasa lancar dalam bersedekah baik dalam bentuk uang maupun jasa. Salam hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun