Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi : Kucing Hitam Loreng

27 Desember 2021   13:41 Diperbarui: 28 Desember 2021   15:12 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga ekor kucing lahir di dunia, membawa suasana haru bagi semesta.

Sang Induk mengeong bahagia sembari memakan sisa-sisa plasenta yang membungkus bayi-bayinya.

Sebulan kemudian, bayi-bayi itu tumbuh besar. Dua berwarna putih dan satu berwarna hitam loreng. 

Mereka berlari ketakutan tiap bertemu manusia. Berkelahi dengan adrenalinnya untuk menjauh dari jiwa-jiwa yang mencekam. 

Hingga.... 

Dua putih harus terambil oleh manusia yang tertarik akan kecantikan bulunya, menyisakan si hitam loreng sendirian. 

Pagi itu, hitam loreng terlihat diam menatap hari. Ia seolah kehilangan beberapa bagian dari hidupnya. Kehilangan dua saudaranya. 

Iba. Beberapa manusia mendekat. Tapi ia masih setia dalam pelariannya. Bersembunyi dalam balutan gamang saluran air. 

Kucing hitam loreng hanya sesekali memunculkan wajahnya. Matanya mulai ganas menerawang tiap sudut, berharap tak ada bahaya yang mengancam.

Kala ia mulai keluar dari peraduannya, kucing hitam loreng akan menggondol makanan kering yang telah kuberi. 

Kemudian, ia berlari kembali menuju gelapnya saluran air dekat pohon Trembesi. 

Namun kini, aku tak lagi bisa melihat larinya lagi. Ia ditemukan teronggok di pinggir jalan. Diam dalam sunyi, hingga tanah pun erat menutupi. 

***

Selamat Jalan Kucing Hitam kecil depan rumah. Ada keinginan untuk merawatmu tapi rasa takutmu membuat kami kesulitan membawamu. 

Cuma bisa menyajikan makanan-makanan untukmu yang biasa diletakkan di ujung lubang saluran air, setiap pagi, siang dan sore. 

Dan hari iki, kau ditemukan oleh ibuku sudah tak lagi bernyawa. Sebuah kendaraan menghantam tubuh kecilmu, sepertinya. Namun, si pengendara tak menguburkanmu dan meletakkan begitu saja di depan rumah. 

Kali ini, kau tak perlu berlari lagi untuk melawan rasa takutmu pada banyak hal, termasuk manusia. Damailah Kucing hitam loreng dalam tidur panjangmu. 

Pekalongan, 27 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun