Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika Menabung Air Hujan Sama Pentingnya dengan Menabung Uang

11 September 2019   20:15 Diperbarui: 11 September 2019   21:34 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta peringat kepemilikan air di dunia (Sumber gambar : www.mapsofworld.com)

Menabung air hujan melalui sumur resapan (Sumber gambar : Kementerian LHK)
Menabung air hujan melalui sumur resapan (Sumber gambar : Kementerian LHK)

Anies menegaskan bahwa drainase berupa sumur resapan ini juga bisa mencegah potensi terjadinya banjir selama musim hujan serta menambah volume air bersih ketika musim kemarau tiba. Mengapa demikian? Sumur resapan didesain untuk mengunci air agar tetap berada di dalam tanah bahkan ketika terjadi hujan lebat. Melalui sumur resapan itu, Anies berharap bisa menabung air hujan supaya pemenuhan air bersih masyarakat Jakarta terpenuhi.

0o-5d78e612097f3601e02c6f72.png
0o-5d78e612097f3601e02c6f72.png
Saat ini kekeringan telah menjadi ancaman—bukan hanya di kota-kota besar saja, melainkan hampir setiap wilayah di Indonesia pernah mengalaminya.

Menurut Sekjen Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) Lilik Kurniawan dalam Satuharapan.com, pada musim kemarau, di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, terjadi defisit air sekitar 20 miliar meter kubik. Kekeringan melanda 16 provinsi meliputi 102 kabupaten/kota dan 721 kecamatan di Indonesia hingga akhir Juli 2015.

Ketika musim kemarau tiba, masyarakat menjadi kesulitan untuk mendapatkan akses air bersih. Tak jarang, kita menyaksikan melalui layar kaca, ratusan orang setia mengantri sambil membawa jerigen-jerigen—berharap mendapatkan air bersih melalui truk-truk pembawa tangki air dari luar wilayah.

Melihat pemandangan orang mengantri air, terbesit rasa ironis dalam hati. Indonesia itu negara kaya air, apa-apa dikelingi air, tapi kok masih aja kekurangan air.  Saya jadi ingat sebuah celetuk menarik dari bapak sekira 10 tahun yang lalu mengenai “Perampok di Gurun Pasir”.

“Kamu tahu Nduk, bedanya perampok di Indonesia sama di Negeri Gurun Pasir? Kalau di sini, orang merampok uang atau emas, tapi, kalau di sana, orang merampoknya air. Soalnya air sama berharganya dengan emas”

Air sama berharganya dengan emas? Ya, ada penjelasan cukup logis mengapa orang di gurun pasir lebih membutuhkan air ketimbang emas. Ini berkaitan dengan hidup mati mereka. Penelitian mencatat, manusia hanya bisa bertahan maksimal 6 hari tanpa air. Itupun jika berada di daerah pegunungan seperti di Indonesia bukan gurun pasir yang panasnya berkali lipat.

Bicara soal celetuk bapak saya 10 tahun lalu. Saya membayangkan apabila suatu hari nanti, air bersih akan menjadi barang yang langka dan berharga di Indonesia, perampok tak hanya memasukkan uang, emas atau berlian kedalam list curian mereka. Tapi juga air bersih yang keberadaannya menjadi langka. Tidak, tidak!! Itu hanya imajinasi liar saya saja. Jangan sampai hal itu terjadi.

Krisis air bersih menjadi permasalahan bersama. Salah satu cara paling solutif yang bisa  kita perbuat adalah melalui investasi, yakni menabung air hujan melalui berbagai cara. Saat skala pembangunan yang dibuat memang besar, waduk atau telaga bisa menjadi media menabung hujan. Tetapi, jika berada di perkotaan yang notabene memiliki lahan sempit, sumur resapan atau biopori bisa jadi media paling pas.

Menabung air hujan telah menjadi gerakan sekaligus solusi yang diupayakan oleh berbagai pihak tak terkecuali masyarakat sendiri.  Seperti di dusun Kemuning, Gunung Kidul, Yogyakarta, misalnya—yang menggunakan telaga buatan sebagai sumber air bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun