Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengenal dan Mencintai Indonesia melalui Literasi Keuangan

25 Juni 2019   22:45 Diperbarui: 25 Juni 2019   22:56 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : www.gyogaswara.com

Dalam hubungan antar manusia, proses mencintai itu dimulai dari mengenal, mempelajari apa yang telah dikenal hingga berlanjut pada jenjang lebih tinggi, membangun cinta. Tanpa adanya proses itu, manusia tak akan mampu menjalin sebuah ketertarikan satu sama lain, hingga akhirnya saling menjauh dan melupakan.

Pentingnya proses pengenalan bahkan memunculkan sebuah peribahasa, "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta". Adanya peribahasa tersebut menguatkan bahwa mengenal merupakan proses awal manusia untuk saling memahami. Ya, karena tanpa adanya proses tersebut, kita tak akan pernah merasa tertarik untuk mempelajari apalagi peduli.

Mengenal dan mencintai Indonesia, sudahkah melakukannya?

Sama halnya seperti hubungan antar manusia, mencintai Indonesia pun bisa dimulai dari proses mengenal hingga mempelajari setiap aktivitas di dalamnya. Mengenal dan belajar literasi positif tentang Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) misalnya. Ya, Stabilitas Sistem Keuangan sangat erat kaitannya dengan perekonomian Indonesia sehingga mengenal tentangnya adalah bentuk kepedulian terhadap negeri ini.

Krisis Moneter Yang Melumpuhkan juga Membelajarkan.

sumber gambar : www.gyogaswara.com
sumber gambar : www.gyogaswara.com

Indonesia pernah mengalami krisis moneter parah pada tahun 1997-1998. Saat itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar sangat anjlok, yang membuat perekonomian menjadi tertekan. Bayangkan, jika awalnya harga satu dolar adalah Rp 2000,- kemudian mampu menembus angka Rp 16.000,-. Tak pelak, kondisi ini mempengaruhi setiap lini kehidupan dari sektor pemerintahan, swasta hingga rumah tangga masyarakat.

Bagi swasta, harga dolar yang tinggi menimbulkan carut marut berkepanjangan. Perusahaan-perusahaan swasta yang meminjam dana dari luar negeri (tanpa penjaminan) menjadi kesulitan melunasi utang dan tak memiliki cukup modal untuk bertahan. Banyak perusahaan mengalami kebangkrutan yang berdampak pada menurunnya produktivitas nasional hingga mencuatnya angka PHK yang tinggi.

Tak hanya itu, krisis moneter telah membuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan menurun. Mereka melakukan Rush Money besar-besaran terhadap simpanan yang dimiliki di bank. Dampaknya, bank mengalami kesulitan likuiditas karena kekurangan dana.

Saat kesulitan likuiditas bertahan dalam kurun waktu yang lama, efek domino bisa terjadi. Aktivitas pinjam meminjam menjadi lumpuh. Tak ada kucuran dana yang bisa diberikan bank kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Imbasnya, banyak perusahaan dari skala besar hingga kecil (start up) kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya.

Tak ingin berlanjut, akhirnya pemerintah mulai mengantisipasi dengan membuat kebijakan-kebijakan baru.

Bangkitnya Ekonomi Indonesia dan Stabilitas Sistem Keuangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun