Saat Anda akan terbang, Anda harus memiliki boarding pass saat menunggu di ruang tunggu. Boarding pass ini adalah tiket untuk naik pesawat yang memuat informasi seperti waktu keberangkatan, pintu boarding, nomor kursi, nama pesawat, dan tujuan.
Seiring bertambahnya usia, setiap kali saya bepergian ke luar negeri dan menunggu di bandara internasional, pikiran saya melayang membayangkan latar belakang dan tujuan banyak orang yang berkumpul di sana. Kehidupan ini begitu indah, di mana Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai suku, bangsa, bahasa, warna kulit, tradisi, keyakinan, dan pekerjaan, semuanya berada di bandara dan pesawat yang sama. Saya membayangkan bahwa Bumi ini seperti pesawat yang melayang di angkasa, dan penumpangnya adalah kita, umat manusia. Subhanallah.
Umumnya suasana di bandara terasa menyenangkan. Setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri. Beberapa pergi dalam rombongan, saling menjaga dan membantu satu sama lain. Ada yang berbincang, membaca buku, tidur, mengirim pesan, berbelanja, dan banyak lagi. Namun, semuanya bersikap sopan dan tertib.
Setiap orang sudah mengetahui waktu keberangkatan yang telah ditunggu-tunggu untuk melanjutkan perjalanan. Saya kadang berpikir, apakah kita tidak sama seperti penumpang yang menunggu kedatangan pesawat? Kita semua ada di ruang tunggu, hanya saja boarding pass kita dipegang oleh Izrail.
Saat berada di bandara, kadang kesadaran saya bercabang antara perjalanan dunia yang saya jalani dan perjalanan menuju akhirat, mendekati waktu di mana boarding pass di tangan Izrail. Kesadaran ini juga membuat saya terpesona dengan kehidupan yang penuh warna, di mana manusia dari berbagai budaya, bahasa, dan agama bersatu. Rasanya seperti membaca buku kehidupan yang menarik.
Sering kali muncul pertanyaan dalam benak saya, tetapi tidak tahu jawabannya. Ke mana tujuan mereka? Apa yang mereka rasakan dan pikirkan? Apakah mereka bahagia? Apakah mereka akan menjadi penghuni surga atau neraka? Jika ke neraka, betapa menyedihkannya, dan apa yang menyebabkan mereka sampai ke sana? Apa peran mereka dalam masyarakat? Banyak pertanyaan yang kadang muncul tanpa diundang.
Bagi saya, dunia ini bisa diibaratkan sebagai bandara. Kita semua menunggu penerbangan ke tujuan yang melampaui dunia ini, tetapi harus melewati pintu kematian terlebih dahulu.
Saya berdoa semoga ketika ajal tiba saya bisa menyambutnya dengan semangat seperti saat hendak naik pesawat. Kita harus siap dan antusias, mengingat kematian adalah hal yang pasti. Semoga perjalanan itu membawa kebahagiaan dan kekayaan jiwa, bagaikan perjalanan spiritual, yang sebenarnya adalah pulang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Pengasih.
Dalam perjalanan, beban yang tidak berguna hanya akan merepotkan. Jika keluarga tidak merelakan, perjalanan akan terasa tidak nyaman. Ruang tunggu mungkin singkat, tetapi jika tidak dimanfaatkan dengan baik, waktu bisa terasa lama. Waktu memiliki dimensi psikologis. Bagi yang bahagia, waktu terasa cepat berlalu, sementara bagi yang tidak bahagia, waktu seakan berjalan lambat.
Contohnya, seseorang yang dipenjara, jika tidak bisa menata hati, akan merasaan sehari seperti setahun. Sebaliknya, bagi orang bahagia di luar penjara, sebulan bisa terasa seperti sehari. Namun, kita harus ingat bahwa perbuatan buruk membawa akibat. Banyak aktivitas buruk yang tampak menyenangkan. Semoga Allah memberi hidayah agar kita menemukan kesenangan dalam hal yang baik dan diridhai-Nya.
Kehidupan di dunia ini sering disebut sebagai permainan yang melalaikan. Saat kecil, kita sering asyik bermain sampai lupa makan atau belajar. Dalam hidup, mengejar kekayaan dan jabatan tidak dilarang, tetapi harus diingat bahwa itu semua harus menjadi sarana untuk meningkatkan iman dan amal kebaikan. Hanya yang kaya yang bisa membantu yang miskin, yang pintar dapat membantu yang bodoh, dan yang kuat dapat membantu yang lemah.
Dunia ini memiliki dimensi permainan yang bisa membuat kita lalai. Karena itu, Islam mengajarkan kita untuk sibuk berbuat baik, sehingga tidak ada waktu untuk berbuat buruk. Rasulullah bersabda, "Berbahagialah orang yang sibuk berbuat baik sehingga tidak sempat berbuat buruk. Berbahagialah yang fokus mengintrospeksi diri, hingga lupa melihat kekurangan orang lain. Berbahagialah yang hatinya dipenuhi kerinduan kepada Tuhan, sampai tidak ada ruang untuk bisikan setan." Mari kita isi waktu menunggu pesawat kematian dengan kegiatan yang bermanfaat dan produktif.
Sumber bacaan: Buku Psikologi Kematian oleh Komaruddin Hidayat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H