Sokrates menyebarkan filosofi hidup kepada orang-orang bahwa kita memiliki kekuatan untuk menyembuhkan diri kita sendiri. Kita dapat memeriksa keyakinan kita dan menentukan apakah akan mengubahnya atau tidak. Hal ini akan dapat mengubah emosi kita agar menjadi lebih terarah. kemampuan ini tersembunyi dalam tubuh kita, kita tidak memerlukan bantuan pendeta atau pemuka agama, psikoanalisis atau dokter untuk melakukannya, kita sendiri dapat melakukannya.
Kenali Dirimu Sendiri, Ubah Dirimu!
Pada awalnya beberapa psikolog dan ahli saraf mempermasalahkan optimisme Sokrates, mereka mempertanyakan apakah kita benar-benar dapat mengenal diri kita sendiri? Ahli saraf ini menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan otomatis kita ditentukan oleh gen kita atau oleh respon naluriah, prasangka kognitif dan situasi yang kita hadapilah yang menentukannya. Jadi, jika seseorang terlahir dengan kecenderungan kuat terhadap depresi atau rasa takut menghadapi orang lain serta gangguan lainnya, sangat sulit bagi kesadaran dan akal untuk berperan. Namun, nyatanya semakin banyak bukti menunjukkan bahwa filosofi Sokrates adalah BENAR.
Pertama, bukti dari ilmu saraf menunjukkan bahwa ketika kita mengubah pandangan tentang suatu situasi, emosi kita juga akan berubah. Ilmuwan saraf menyebutnya sebagai kognisi dan evaluasi.
Kedua, dalam uji coba acak, orang menggunakan terapi kognitif untuk menangani masalah emosional yang sangat mendarah daging, hasil penelitian menemukan bahwa dalam 16 minggu kursus perawatan perilaku kognitif dapat membantu sekitar 75% pasien pulih dari phobia sosial sosial, 65% orang pulih dari gangguan stres pasca trauma, dan 85% orang pulih dari panik. Semua hasil ini menunjukkan bahwa kita dapat belajar mengatasi kebiasaan berpikir dan perasaan bawaan kita.
Daniel Kahneman, seorang psikolog sekaligus pemenang hadiah nobel berkata, "terapi perilaku kognitif menunjukkan bahwa respon orang dapat dipelajari kembali dan mengubah kognisi melalui filosofi dapat membantu kita untuk terus belajar dan beradaptasi" .
Para filsuf menggaungkan bahwa karakter moral kita dapat dibentuk oleh kebiasaan kita. "Etika" adalah kata yang berasal dari Yunani kuno yang berarti "kebiasaan". Psikolog kontemporer seperti Daniel Kahneman mengemukakan bahwa otak kita memiliki 2 sistem pemerosesan, yaitu:
1. Sistem berpikir pada dasarnya adalah otomatis dan berbasis pada kebiasaan.
2. Sistem berpikir refleksi yang lebih sadar dan rasional.
Sistem otomatis dari refleksi sadar lebih lambat dan mengonsumsi lebih banyak energi sehingga kita jarang menggunakannya. Untuk mengubah kita dengan filosofi hidup yang lebih bermakna diperlukan bekerja sistem kedua.
Filsuf Yunani kuno melakukan hal ini, dia merancang proses ganda. Pertama, membagikan kesadaran kebiasaan sehingga menghasilkan kebiasaan. Kedua, kita menempatkan keyakinan otomatis kita dibawah kesadaran melalui pengawaan untuk memutuskan mereka rasional atau tidak, jadi kita dapat mengambil wawasan filosofis baru, kita harus mengulanginya sampai menjadi kebiasaan otomatis.
Para filsuf sering menggunakan senam untuk membandingkan analoginya. Sama seperti latihan yang berulang akan memperkuat otot-otot kita maka latihan pikiran secara berulang akan memperkuat otot moral kita, dengan pelatihan yang cukup, kita secara alami akan merasa emosi yang tepat dalam situasi yang tepat dan melakukan tindakan yang tepat.
Orang Yunani kuno bersikeras bahwa kebanyakan dari kita dapat menggunakan akal kita untuk memilih jalan hidup yang lebih bijaksana, jika kita berkomitmen pada praktek filosofis, dengan latihan hampir semua orang bisa menjadi lebih bijaksana dan lebih bahagia dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H