Mohon tunggu...
Mutiara Margaretha Yaletha
Mutiara Margaretha Yaletha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

be myself and here i am •.• kawasan bebas polusi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bila Dunia Tampak Buruk, Ubahlah Cara Pandangnya

11 Maret 2024   16:06 Diperbarui: 11 Maret 2024   17:34 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi diolah melalui canva

Sebenarnya, pikiran manusia bisa kita kontrol dan punya pola. Berikut 3 pola negative thinking yang paling umum berdasarkan Channel YouTube Satu Persen-Indonesian Life School:

1. Pola pukul rata. Pola ini muncul setelah ada satu atau serangkaian kejadian yang ngebuat orang melakukan pukul rata kalau kejadian itu bakal mempengaruhi seluruh hidupnya meskipun belum kejadian. Misalnya seorang pelajar pernah salah ngomong ketika lagi presentasi, dan ini ngebuat dia ngerasa kalo pengalaman salah ngomong ini akan terulang lagi di masa depan, juga munculnya pikiran kalo dia bakal gagal dalam mempresentasikan materi apapun. Atau seorang perintis yang pernah gagal saat ingin memulai bisnis dan kemudian dia beranggapan bahwa dia nggak akan pernah bisa membangun suatu usaha. 

Solusinya adalah kita harus sadar kalo satu kejadian buruk sekalipun nggak ada sangkut pautnya sama masa depan, sekalipun situasinya sama, kita punya kehendak buat ngubah kejadian tersebut menjadi seperti apa yang kita harapkan.

2. Langsung lompat ke kesimpulan. Pola ini biasanya berasal dari asumsi yang dibuat dan kita nggak tahu itu benar atau salah. Contohnya, asumsi tentang bagaimana pikiran orang lain tentang kita. Seperti si Budi yang diabaikan temannya ketika bertemu di mall, padahal Budi sadar kalo mall itu isinya nggak cuma dia dan temennya aja. Tapi tanpa pikir panjang, si Budi langsung lompat ke kesimpulan dan mikir kalo temennya itu benci sama dia, padahal belum tentu juga kan. Nah itu sebenarnya ialah pola langsung lompat ke kesimpulan, padahal Budi nggak punya bukti kuat alasan temennya itu benci sama dia selain pertemuan di mall.

3. Pola menyalahkan. Pola pikir negative di mana seseorang menyalahkan suatu kejadian ke satu pihak saja, bisa ke diri sendiri atau orang lain. Realitanya, sebuah kejadian mau itu event, bencana, dan sebagainya pasti ada faktor yang seringkali nggak bisa kita kontrol. Misalkan Budi datang ke suatu acara dan nggak satu pun orang yang ngajak dia ngobrol. Sehingga Budi menjadi kecewa. Jadilah Budi berpikir negatif seperti "ah gue orangnya nggak asik nih", padahal si Budi ini nggak ikut nimbrung ada faktor penyebabnya.  Jadi stop nyalahin diri sendiri, cukup sadari aja kalo nggak seharusnya buat menyalahkan diri atas situasi yang terjadi.

Jadi, bagaimana cara mengatasi overthinking yang berlebih?
Well, jawabannya udah ada di bagian paling atas artikel ini, yaitu cara kita memberi konteks ke kejadian dan bagaimana kita mempersepsikan sesuatu. Pola pikir negatif itu salah satu cara pikiran kita buat ngeyakinin yang belom tentu benar, banyak hal yang mempengaruhi kita sehingga kita dapat berpikir demikian. 

Jadi, ini kan persepsi masing-masing ya, kita juga harus tau bagaimana kerja pikiran dalam mempersepsikan sesuatu, bagaimana kita paham berpikir secara menyeluruh. Cara mengatasinya juga macam-macam, bisa dengan melatih diri untuk mengendalikan pikiran dengan baik atau mungkin banyak dari kita yang belajar dari tips-tips buku tentang psikologi dan sebagainya.

Terkadang, di tengah kechaosan dunia, kita perlu mengubah cara pandang kita. Daripada terpaku pada keburukan, mari kita coba mencari sinar harapan di tengah kegelapan. Ini bukan sekadar optimisme buta, tetapi sebuah panggilan untuk menemukan kekuatan dan inspirasi di sekitar kita, bahkan ketika semuanya tampak suram.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun