Mohon tunggu...
Mutia Rahmah (43222010079)
Mutia Rahmah (43222010079) Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB/Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Jurusan Akuntansi/Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Universitas Mercu Buana, Meruya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ki Ageng Suryomentaram

15 Desember 2023   10:45 Diperbarui: 15 Desember 2023   10:48 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan yang selanjutnya adalah Sabenere Berasal dari kata dasar benar yang memiliki arti keselarasan antara pikiran dan realitas. Dalam prinsip sebenarnya bermakna dalam menjalankan tindakan dilakukan secara benar tidak melanggar aturan yang ada. Tindakan yang benar adalah tindakan yang memberikan rasa nyaman dan tidak akan menimbulkan konflik atau memberikan dampak negatif dengan lingkungan sekitarnya. Untuk mendapatkan rasa nyaman tersebut manusia perlu memahami dirinya dan kebutuhanya sendiri melalu prinsip sabutuhe, saperlune dan sacukupe, setelah dapat melampaui ketiga prinsip tadi maka akan munlcul sikap nyawang karep (mawas diri). Contoh sederhana adalah kita, mahasiswa. ketika pada awalnya kita memilih jurusan psikologi dan kita sudah masuk ke dalamnya. pada saat awal tahun perkuliahan masih bisa menerima semua yang dilakukan dan ditugaskan. Masih bisa menjalankan apa perintah tugas dari dosen, tugas dari dosen, dan menerima materi yang disampaikan oleh dosen. Namun, suatu saat tiba tiba merasa jenuh dan kesulitan. sehingga, merubah semuanya. prestasi yang dibayangkan tidak dapat diraih, Materi yang disampaikan dosen bagaikan angin yang lewat, sering meninggalkan kelas perkuliahan, dan menjadi pribadi yang menyendiri. ini yang dinamakan pikiran dan tindakan tidak selaras atau tidak konsisten. Di pikiran ingin menjadi mahasiswa psikologi yang berprestasi, lulus menjadi ahli psikolog. Namun, pada saat bertindak dia merasa jenuh dan segala menjadi tidak tercapai.

Nah, sebelum yang terakhir kita lihat dulu nih ada Sameshtine Berasal dari kata mesthi atau harus jadi memiliki arti seharusnya. Prinsip ini mengajarkan bahwa setiap tindakan harus sesuai dengan aturan dan tidak melanggar norma. Prinsip ini memiliki hubungan dengan prinsip sebelumnya yakni, sebenarnya. Setelah manusia mengerti dan dapat mengendalikan keinginan melalui mawas diri maka akan menginjak pada pengetahuan tertinggi dalam hidupnya yakni, dapat mengenal dirinya sendiri atau pengetahuan diri sendiri. Ciri orang yang telah mencapai tingkatan ini adalah mengerti setiap tindakan, ucapan dan keinginannya sendiri sebagaimana dikutip dari Ki Ageng Suryomentaram, 2002. Setelah dapat mengenal dirinya sendiri manusia akan dapat menempatkan dirinya sesuai dengan keadaan di sekitarnya dan sesuai dengan kebutuhannya tanpa adanya konflik. Contohnya adalah ketika kita berada di lingkungan yang dimana banyak manusia yang hidup disana. Ketika berada disana, kita harus saling menghormati satu sama lain. Kita juga harus saling toleransi dan tidak boleh memaksakan kehendak. ketika disana ada seorang pemimpin, ya sudah semestinya atau seharusnya kita menghormati dan patuh terhadap apa yang diperintahkannya. Jangan ketika ada yang harus dikerjakan oleh kita, namun kita menolak seenaknya itu tidak boleh. kita harus melihat apakah kita sanggup melakukan nya, kalau sanggup harus kita membantu nya atau memenuhi perintahnya. Contoh lain dilingkungan kampus adalah tata tertib atau aturan yang dibuat oleh pihak kampus atau pun pihak dosen. Ketika di kampus diharuskan menggunakan baju yang memiliki kerah, Maka kita sebagai mahasiswa harus menuruti itu. tidak boleh memakan sepatu yang terbuka, ya berarti kita memakai sepatu yang tertutup. Selain tata tertib pihak kampus kita juga memiliki tata tertib dari dosen. Yaitu, dilarang menggunakan alat elektronik di saat sedag belajar, atau Diharuskan membeli buku paket, Diberikan nilai bonus ketika aktif dikelas. sering bertanya atau suka membantu menjawab pertanyaan dari teman yang lain. Nah, itu contoh penerapan prinsip ini dalam kehidupan sehari hari. Dalam memenuhi keinginan, prinsip ini dapat digunakan ketika memenuhi keinginan kita tidak boleh terlepas dari aturan dan norma yang berlaku di masyarakat ini. Tidak boleh memenuhi keinginan kita, namun membuat orang lain merasa rugi atas hal tersebut.

Nah, ini dia nih kesayangan kita yang terakhir disini ada Sapenake Prinsip terakhir adalah sapenake dalam bahasa Indonesia berarti seenaknya. Bukan berarti melakukan sesuatu sesuka hati atau semena-mena namun, bagaimana melakukan sesuatu harus enak, nyaman tidak terbebani atau mendapatkan tekanan. Dalam menjalani kehidupan manusia harus mampu menempatkan dirinya sehingga tidak ada gesekan dengan lingkungan sosial. contoh di prinsip Sebenarnya, yaitu seorang mahasiswa psikologi. sebenarnya wajar merasa jenuh di pertengahan jalan perkuliahan, Namun kita sebagai mahasiswa dan sebagai diri yang menjalankan perkuliahan tersebut harus paham diri sendiri. Kita harus menjalankan perkuliahan dengan nyaman, dengan yang menurut kita enak, kita menjalankannya enjoy dan tidak merasa tertekan atau terbebani. dan yang tahu bagaimana kita harus melakukan hal tersebut adalah diri kita sendiri. misalnya ketika kita merasa jenuh, bisa kita selipkan liburan atau me time yang bisa membuat otak dan tubuh kita ke refresh lagi. jadi, dengan begitu walaupun kita merasa jenuh, karena sudah melakukan apa yang ingin kita lakukan pikiran dan tubuh kita jadi merasa sudah di isi daya nya, dan merasa juga nih kalau kita peduli terhadap mereka. sehingga tidak akan terjadi ledakan yang akan membawa dampak negatif.

Jadi, kesimpulan dari artikel yang aku tulis adalah pahami apa si sebenarnya mau nya diri kamu, dan pahami diri kamu itu seperti apa. Turuti keinginan diri kamu, tapi dengan batasan atau prinsip 6 SA tadi. Menuruti keinginan namun tidak berlebihan juga. Jadi, seperti itulah artikel yang saya tulis. saya minta maaf apabila ada salah penggunaan kata atau salah penulisan. Dan semoga apa yang saya tulis dapat bermanfaat bagi yang membaca. Terimakasih dan sampai jumpa di artikel berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun