"Boleh Amak? Alhamdulillah."
"Tapi ado syaratnya Ismail." Amak meneruskan pembicaraannya.
Ismail dan Ustad Hidayat menoleh bebarengan,"Apa Amak?"
"Ismail harus tunjukkan yang terbaik, harus jadi juara." Amak menjelaskan dengan bersemangat.
Ustad Hidayat dan Ismail pun tertawa bersamaan hingga tawa mereka menggema di ujung lorong pasar.
Semenjak dirinya telah didaftarkan oleh Ustad Hidayat pada perlombaan hafidz, Ismail pun semakin giat untuk menghapalkan Al-Quran. Disela-sela membantu Amak pun Ia sempatkan untuk menghapal beberapa baris dari ayat-ayat Al-Qur'an tersebut. Amak senang sekali melihat anak sulungnya begitu giat menghapalkan Al-Qur'an. Amak ingat ujaran Ustad, apabila kita mengajarkan anak untuk dapal menghapal dan mengamalkan isi Al-Qur'an maka Allah akan pakaikan jubah kemuliaan kepada orang tuanya. Amak seringkali mengecek sampai mana hapalan Ismail, terkadang menemani untuk dapat mengulangi hapalan, dan menegur apabila di rasa Ismail terlalu banyak begadang. Tak terasa waktu perlombaan hafidz Al-Qur'an semakin dekat, Ismail pun semakin giat belajar dan menghapal Al-Qur'an, hingga di suatu sore Amak dan Ismail duduk sambil mengobrol diteras rumah.Â
"Bagaimana hapalan awak, Mail?" Tanya Amak.
"Alhamdulillah Amak." Ismail menjawab singkat.
"Sudah siap awak nak untuk lomba esok?"Â
"In syaa Allah Amak. Amak doakan Mail ya." Pinta Ismail penuh harap.
"Amak la selalu doakan Mail agar lancar ikut lomba esok." Amak mengusap-usap kepala Ismail.