Mohon tunggu...
Mutiara Dwi Z
Mutiara Dwi Z Mohon Tunggu... Sejarawan - Mahasiswi Sejarah UNAND

Saya seorang pecinta sejarah dan alam yang suka berkeliling mencari sesuatu untuk apresiasi dan diteliti

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gen Z dan Mental Health-nya

9 Januari 2024   21:41 Diperbarui: 9 Januari 2024   22:05 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Scroll sosmed sampai pagi, sampai lupa kalau besok masih ada hari. 

Siapa sih yang tidak bermain media sosial sekarang ini? Hampir semua orang yang penulis kenal setidaknya memiliki salah satu akun media sosial. Mulai dari kalangan bapak-bapak, ibu-ibu, om, tante bahkan anak kecil pun sudah punya akun sosial media mereka sendiri (untuk poin ini lebih nyaman kalau penulis bahas di lain tulisan, haha). 

Sejak media sosial populer, penulis kerap sekali menemui para pengguna sosial media yang curhat di akun mereka. Selayaknya fungsi media sosial tempat bersosialisasi, curhatan-curhatan ini juga menjadi salah satu pemantik obrolan. Contohnya nih

“Datang ke Pengajian Musholla Al-Ikhlas, semuanya serba hijau bun. Hehe🥰”

“Buah, buah apa yang bikin lucu? Buahahah, lucu banget ya pak, xixi.”

“Aku butuh waktu sendiri buat recharge energy sebelum ketemu orang-orang”

Tanpa dijelaskan pun sepertinya para pembaca tahu siapa saja yang mengirimkan curhatan tersebut di sosial media mereka. Seperti Ibu-ibu yang kerap membagikan kegiatan sehari-harinya di rumah. Bapak-bapak yang menuliskan lelucon khas bapak-bapak atau yang dikenal “jokes bapak-bapak”. Dan yaa, yang terakhir anak muda yang mengeluh akan kerasnya kehidupan. Nah, contoh terakhir ini yang bakal penulis bahas di tulisan ini.

Dapat dikatakan penulis merupakan salah satu pengamat internet. Penulis kerap kali mengamati perilaku orang-orang ketika menggunakan media sosial. Dari berbagai perilaku yang penulis amati, penulis tertarik untuk membahas contoh terakhir, yap “anak muda dan kesehatan mental”. Anak muda pada masa ini merujuk pada Generasi Z. Generasi ini yang sering curhat tentang kehidupan dan kesehatan mental mereka di internet. Curhatan ini sering dianggap negatif bagi sebagian orang.

“Dasar Gen Z, semuanya Mental Health”. Hayo, siapa yang pernah melihat, mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat tersebut? Kalimat demikian sering kali muncul di berbagai platform sosial media. Penulis kerap kali menemui kalimat seperti ini di kolom komentar ketika berselancar di internet. Kata-kata yang dilontarkan ketika sebuah konten tentang kesehatan muncul ataupun curhatan warga dunia maya. 

Sebenarnya, ada apasih dengan Gen Z dan mental health ? sebelum membahas hal ini lebih lanjut, ada baiknya kita memahami dulu mengenai keduanya.

Setiap generasi memiliki nama mereka masing-masing seperti milenial, baby boomers, generasi alpha dan lainnya. Menurut Badan Statistik Kanada yang dikutip dari laman Sampoerna University, menyebutkan bahwa Gen Z merupakan mereka yang lahir pada tahun 1995 sampai tahun 2012. Generasi Z ini merupakan generasi yang lahir setelah generasi Y atau Milenial dan Generasi yang lahir sebelum generasi Alpha. 

Laman yang sama juga menyebutkan bahwa Generasi Z memiliki keunggulan dapat melakukan berbagai kegiatan dalam satu waktu. Hal ini dikarenakan Generasi ini telah mengenal teknologi modern sedari kecil. Maka dari itu, pemahaman mengenai teknologi yang kebiasaan pun mempengaruhi keunggulan ini. Hampir semua Gen Z memiliki kemampuan ini. Penulis yang merupakan seorang Gen Z pun ketika menulis tulisan ini sambil mendengarkan lagu Payung Teduh yang berjudul “Akad”. 

Dibalik keunggulan yang dimiliki Gen Z, Gen Z kerap juga dicap dengan generasi lemah atau generasi manja. Julukan-julukan ini dikaitkan dengan perilaku Generasi Z yang sering mengeluh, curhat di medsos, berdiam diri atau bahkan mengasingkan diri dari keramaian (recharge energy). Eit, kok bisa hal ini melekat pada karakteristik Gen Z?

Setiap generasi memiliki karakteristik yang sesuai dengan keadaan dunia ketika mereka dilahirkan. Keadaan dunia ini mempengaruhi bagaimana para anak-anak yang tumbuh diperiode tersebut menghadapi dunia. Seperti The Lost Generation (Generasi tahun 1883-1900) atau The Greatest Generation (Generasi tahun 1901-1924.

The Lost Generation dan The Greatest Generation lahir pada saat dunia sedang mengalami perpecahan. Perang berkecamuk di mana-mana. Anak-anak yang lahir pada masa ini hanya fokus ke pada satu hal, yaitu bertahan hidup.

Generasi Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1995 hingga tahun 2013. Pada periode ini, kehidupan dunia sangat jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Keadaan dunia jauh lebih aman dan teknologi telah berkembang dengan pesat. Generasi ini tidak harus takut akan ancaman perang yang membayangi seperti generasi-generasi sebelumnya. 

Generasi ini dilayani dengan berbagai kemudahan yang tidak didapatkan generasi sebelumnya. Kemudahan-kemudahan ini memberi kesempatan bagi Generasi Z untuk mengeksplor dunia jauh lebih luas. Generasi ini juga diberi kesempatan untuk membahas hal-hal yang tidak bahas generasi sebelumnya, salah satunya yaitu “Kesehatan Mental”.  

Salah satu bentuk eksplorasi yang dilakukan oleh generasi ini ialah Nilai Pribadi atau Self-Value yang dimiliki suatu individu. Generasi ini sangat melek terhadap segala hal yang dikhawatirkan dapat menganggu Self-Value mereka. Dan yaa, pengetahuan “Kesehatan mental” adalah salah satu produknya.

Kecenderungan Gen Z membahas Kesehatan Mental dikarenakan Generasi sebelumnya tidak menghadirkan isu ini ke ruang publik. Isu-isu kesehatan mental baru eksis pada masa ini karena Gen Z yang melek akan hal ini. Akhirnya, Generasi sebelumnya yang masih awam terhadap masalah ini menganggap Gen Z sebagai generasi yang kurang kerjaan dan lemah. Ketika Gen Z berusaha untuk mementingkan Kesehatan Mentalnya, generasi sebelumnya tentu menganggap hal ini tidak biasa. Generasi Milenial, Gen X dan baby boomers yang notabene tidak memahami hal ini lah yang kerap kali mengecap Gen Z sebagai Generasi lemah.

Jadi, bagaimana sih seharusnya tanggapan tiap generasi dengan Isu kesehatan mental ini? 

Generasi sebelum Gen Z seperti milenial, baby boomers dan lainnya dapat memulai dengan mengenal apa itu “Kesehatan Mental”. Generasi-generasi ini harus paham pula bagaimana keadaan dunia yang membentuk karakter Gen Z.

Dunia yang terus berkembang tidak sama seperti masa mereka. Segala hal sudah lebih mudah dan lebih canggih. Sudah saatnya generasi-generasi ini paham dan menerima dunia yang mereka jalani saat ini.

Adapun untuk generasi Z, jangan sampai berlindung dibalik “Kesehatan Mental”. Tidak semua yang ada di dunia ini buruk. Sebagai generasi yang menguasai teknologi, sudah saatnya untuk membantu generasi sebelumnya memahami teknologi. 

Pahamilah kritikan yang disampaikan generasi lebih tua karena mereka tidak ingin kamu mengalami hal buruk yang mereka alami. Pahami pula bahwa mereka tumbuh dengan keadaan dunia yang berbeda dengan kamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun