Mohon tunggu...
Mutiara Bena
Mutiara Bena Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menyembuhkan Namun Mematikan (Bagi Otot)

25 Oktober 2017   21:07 Diperbarui: 25 Oktober 2017   21:18 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun sebenarnya, apa yang menyebabkan otot dapat menjadi besar dan kekar seperti itu? Nah, sebenarnya saat kita melakukan kegiatan yang besar dan berat itu sama saja dengan melukai otot kita. Jadi bentuk otot yang besar merupakan sebuah inflamasi. Mengapa bisa demikian? Ini terjadi karena disaat kita menggunakan otot kita untuk melakukan hal yang berlebihan dari yang biasnya kita lakukan (misalnya mengangkat sesuatu yang berat), otot akan mengalami kerusakan mikroskopik. 

Tetapi dalam konteks ini "kerusakan" tersebut merupakan hal yang baik. Serat otot akan robek dikarenakan adanya tekanan dan hal ini ditandai dengan rasa nyeri pegal-pegal yang dalam skala kecil merupakan sesuatu yang bagus. Sel yang terluka akan mengeluarkan molekul inflamasi yang biasa disebut dengan Sitokin.Sitokin akan mengaktifka  sistem kekebalan tubuh untuk memperbaiki otot kita yang cidera/terluka. Lalu saat tidur pada malam hari tubuh akan melepaskan senyawa sitoken tersebut yang berguna untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan pada serat otot Ini merupakan saat  di mana pembesaran otot terjadi. 

Pada saat itu lah tubuh akan berusaha membuat otot menjadi lebih tebal dan besar sebagai bentuk persiapan untuk menghadapi beban serupa. Semakin besar kerusakan yang terjadi pada jaringan otot yang kita alami, semakin tubuh kita perlu untuk memperbaiki dirinya sendiri. Siklus yang dihasilkan dari kerusakan dan perbaikan otot akhirnya akan membuat otot semakin besar dan kekar. Karena otot kita lama-kelamaan telah beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan yang lebih besar.

Faktor-faktor lainnya seperti tingkat hidrasi dan protein yang kita konsumsi dan masuk ke dalam tubuh, serta istirat yang cukup juga menentukan seberapa besar otot yang dibentuk dapat kembali ke bentuk semula. agar otot tetap tebal maka aktivitas dengan beban serupa atau lebih diperlukan. Sebab bila tidak maka otot akan mengalami atrofi di mana ia perlahan-lahan akan menyusut menjadi kecil.

Lalu, kita kembali lagi kepada obat antiinflamasi steroid dan nonsteroid. Sistem kerja dari obat antiinflamasi nonsteroid terhadap otot adalah dengan menghambat adanya enzim siklooksigenase (cox-1 dan cox-2) dan secara efektif akan mengahbat cox-2 saja sehingga hanya sedikit saja terbentuk senyawa-senyawa penyebab rasa nyeri seperti prostaglandin. 

Selanjutnya adalah obat antiinflamasi steroid, obat ini akan mengakibatkan prostaglandin tidak diproduksi karena asam arakidonat yang merupakan bakal prostaglandin tidak terbentuk. Maka, jika prostaglandin tidak dihasilkan akan mengakibatkan tidak ada rangsangan ke otak untuk mengeluarkan senyawa yang digunakan untuk menyembuhkan jaringan otot.

Semua obat yang kita konsumsi pasti memiliki efek samping, efek samping  yang ditimbulkan pun juga berbeda-beda, sekalipun itu jenisnya sama-sama antiinflamasi yang sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita. Obat antiinflamasi nonstereoid (NSAID) memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita seperti  membantu mengurangi peradangan, meredakan demam dan meringankan nyeri sendi serta rasa sakit yang berkaitan dengan sakit kepala, pilek, flu, dan radang sendi. 

Contohnya yang sering digunakan antara lain: ibuprofen, naproxen, diklofenak, dan celecoxib. NSAID memiliki tiga efek samping pada fungsi organ yaitu, saluran cerna, ginjal, dan hati. Efek yang paling sering timbul adalah tukak peptik(suatu penyakit terkait asam lambung yang dapat menyebabkan luka hingga bagian muskularis mukosa lambung atau duodenum). Ini terjadi karena sebagian besar obat NSAID bersifat lebih asam daripada basa sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti pada: lambung, ginjal, dan jaringan inflamasi, intinya lebih banyak berhubungan dengan organ dalam tubuh.

Efek samping lainnya adalah gangguan fungsi thrombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat terjadinya perpanjangan waktu pendarahan. Namun, efek ini justru telah dimanfaatkan untuk terapi terhadap thrombo-emboli. Selain itu, efek samping lain akibat mengkonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid diantaranya adalah ulkus lambung dan pendarahan saluran cerna, hal ini dikarenakan oleh adnaya iritasi akibat hambatan biosintesis prostaglandin PGE2 dan prostacyclin. PEG2 dan PGI2 banyak ditemukan dibagian mukosa lambung dengan fungsi untung menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektan.

Kemudian, untuk obat antiinflamasi steroid memiliki efek samping seperti terjadi peningkatan nafsu makan, sulit tidur (insomnia), perubahan suasana hati dan perilaku (moody), flushing (kemerahan) pada wajah, dan berat badan dalam jangka pendek karena retensi air akan meningkat. Namun, efek samping ini dapat membaik setelah beberapa  hari setelah steroid telah dihentikan. Namun, apabila digunakan dalam jangka waktu yang panjang, efek samping yang lebih serius dapat terjadi, seperti misalnya: glaukoma, katarak, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes mellitus, kegemukan, osteoporosis, miopati, kenaikan beberapa jenis infeksi, dan sindrom Cushing.

Tetapi pada dasarnya ketika orang mengonsumsi obat antiinflamasi steroid, mereka akan merasa lebih kuat dari yang seharusnya, sehingga mereka mencoba untuk mengangkat beban lebih berat daripada kemampuan mereka yang sebenarnya, yang dapat menyebabkan air mata otot. Karena itulah, banyak orang yang menginginkan kuat secara instan memilih untuk mengonsumsi obat-obat antiinflamasi steroid secara terus menerus daripada harus melatih otot selama bertahun-tahun. Padahal, kita tahu sendiri bahwa sesuatu yang instan itu tidak baik jika dipaksakan. Karena sebenarnya obat ini membohongi kita dengan mempengaruhi otak agar tidak mengetahui keadaan dari otot yang sebenarnya. Sehingga, otak tidak akan memproduksi sitokin dan sel satelit yang cukup untuk proses regenerasi otot-otot yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun