Mohon tunggu...
MUTIARA ANGGRAENI TABEO
MUTIARA ANGGRAENI TABEO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Memindahkan imaji dan opini yang menumpuk di dalam kepala, ke kepala lainnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pembelajaran Dasar-dasar Logika Sejak Dini untuk Melatih Anak Bangsa Berpikir Kritis

14 Januari 2024   03:52 Diperbarui: 14 Januari 2024   04:19 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Mutiara Anggraeni Tabeo

Memupuk Budaya Berpikir Kritis di Sekolah Melalui Pembelajaran Logika

Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk menghadapi tantangan di era digital saat ini. Sayangnya, Kita menemukan fakta bahwa literatur dan penelitian akademik Indonesia terkait pembelajaran dasar-dasar logika sangat minim. Padahal, penguasaan logika dasar mutlak diperlukan bagi pengembangan daya kritis dan inovasi di kalangan pelajar dan akademisi Indonesia kemampuan berpikir kritis belum sepenuhnya dikembangkan dalam sistem pendidikan di Indonesia.  Akibatnya, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan argumentasi ilmiah di kalangan pelajar dan akademisi Indonesia dinilai masih sangat rendah. Perlu upaya serius dari pemerintah dan institusi pendidikan untuk memperbaiki kondisi ini.

Apa itu  Logika? Logika adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir yang valid dan tepat. Logika melatih siswa untuk berpikir secara sistematis, memberikan alasan yang rasional, dan menganalisis permasalahan secara komprehensif. Dengan demikian, pembelajaran logika di sekolah dapat menjadi sarana efektif untuk memupuk budaya berpikir kritis sejak dini.

6 Alasan Kenapa Pembelajaran Dasar-dasar Logika harus di ajarkan sejak usia dini 

1. Kemampuan berpikir kritis dan logis sangat dibutuhkan di era digital saat ini. Kemampuan ini tidak datang secara otomatis melainkan harus dilatih sejak dini. Mempelajari logika sejak SD dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa sedini mungkin.

2. Siswa SD berada di masa golden age, di mana otak lebih mudah menyerap informasi dan membentuk pola pikir. Dengan demikian, penting untuk memanfaatkan masa ini untuk meletakkan fondasi berpikir kritis melalui pembelajaran logika.

3. Pembelajaran logika tidak sulit untuk diajarkan di SD. Logika dasar seperti mengenali pola, hubungan sebab-akibat, membuat kesimpulan sederhana dapat dengan mudah disisipkan pada berbagai mata pelajaran.

4. Negara maju seperti Finlandia, Inggris, dan Australia sudah menerapkan kurikulum logika di sekolah dasar mereka. Ini menunjukkan pembelajaran logika di usia dini penting untuk membentuk generasi berpikir kritis.

5. Salah satu kelemahan pendidikan di Indonesia adalah siswa belum terlatih untuk berpikir kritis. Mereka lebih terpacu untuk menghafal dan mengingat fakta saja. Ini tentu kurang ideal di era yang membutuhkan penalaran logis.

6. Pembelajaran logika dapat membantu mengurangi penyebaran berita bohong dan hoaks di Indonesia. Dengan berpikir kritis, siswa terlatih untuk selalu mempertanyakan validitas informasi yang mereka terima.

9 Cara termudah untuk memulai mengajarkan Dasar-dasar Logika di sekolah dasar

1. Identifikasi konsep-konsep logika dasar yang relevan untuk diajarkan di sekolah:

Guru dan tim kurikulum menentukan konsep-konsep logika apa saja yang penting untuk diajarkan, seperti pola berpikir deduktif, induktif, analisis sebab-akibat, membuat kesimpulan logis, dan menyusun argumen yang valid. Konsep ini harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa.

2. Masukkan konsep logika ke dalam silabus:

Setelah mengidentifikasi konsep-konsepnya, langkah selanjutnya adalah memasukkannya ke dalam silabus mata pelajaran terkait, seperti matematika, IPA, bahasa Indonesia, dan IPS. Ini dilakukan saat tim melakukan penyusunan kurikulum.

3. Cantumkan indikator logika di RPP:

Saat guru menyusun RPP untuk satu bab/sub bab pelajaran, maka harus dicantumkan indikator pembelajaran logika yang ingin dicapai, misal siswa mampu menganalisis hubungan sebab-akibat dari materi yang diajarkan.

4. Terapkan logika di pelajaran matematika:

Guru memberikan soal-soal matematika yang memerlukan penalaran deduktif, misalnya soal geometri. Guru membimbing siswa menganalisis data dalam soal dan membuat kesimpulan logis.

5. Ajarkan penyusunan opini logis di pelajaran bahasa:

Guru mengajarkan cara menyusun opini dan argumentasi yang logis dan konsisten dalam pelajaran bahasa Indonesia. Berikan kesempatan berlatih melalui diskusi dan debat.

6. Gunakan model pembelajaran aktif:

Guru menerapkan model diskusi, presentasi, atau projek kelompok agar siswa terlibat aktif menganalisis informasi dan masalah secara logis.

7. Adakan kompetisi debat antar kelas/sekolah:

Sekolah mengadakan lomba debat untuk melatih keterampilan argumentasi logis siswa.

8. Selenggarakan olimpiade logika:

Dinas pendidikan bisa menyelenggarakan olimpiade logika antar sekolah untuk meningkatkan minat siswa pada logika.

9. Apresiasi dan kembangkan bakat siswa:

Guru memberi apresiasi pada siswa yang menonjol dalam logika dan membimbing mereka mengembangkan bakatnya lebih lanjut.

Pendidikan yang mengedepankan pembelajaran logika dan berpikir kritis sejak dini sangat penting untuk mempersiapkan generasi masa depan. Dengan kemampuan berpikir kritis, siswa kelak mampu menghadapi tantangan di era globalisasi yang semakin kompetitif ini.

Oleh karena itu, kita harus mendesak para peneliti dan akademisi Indonesia untuk menaruh perhatian lebih pada topik ini guna mengembangkan kualitas akademik dalam negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun