Mohon tunggu...
Mutiara CahyaNurani
Mutiara CahyaNurani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sosiologi Universitas Jember

"Hidup adalah soal mengambil pilihan. Ada yang akan kita sesali, akan ada yang kita banggakan, ada yang akan menghantui kita selamanya. Bagaimanapun kita adalah pilihan-pilihan yang kita lakukan." - quarter life crisis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Pemerintah Mengenai Pendidikan Difabel Belum Menyentuh Lapisan Masyarakat

29 November 2022   10:59 Diperbarui: 29 November 2022   11:41 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" saya itu pengen anak saya seperti teman-temannya yang normal, kalau teman-temannya
lewat, saya mesti bilang, Ya Allah mon tang anak ngak jieh cek pojurreh (Ya Allah kalau
anakku kayak gitu bersyukur sekali) "
. Ucap ibu Kholifah.

Fenomena yang dialami Rizky selaras dengan Teori Pilihan Rasional milik Debra Friedman dan Michael Hechter . Melalui buku yang ditulis oleh Ritzer yang berjudul Teori Sosiologi Modern, Friedman dan Hechter menjelaskan bahwa para aktor merupakan fokus utama dalam teori ini, para aktor tersebut mempunyai tujuan secara intensionalitas yakni para aktor mempunyai tujuan secara sadar dan terarah serta tindakan-tindakan mereka dapat terlihat dengan adanya beragam pilihan seperti nilai-nilai dan kegunaan pada suatu obyek yang dituju. 

Pada beragam pilihan tersebut terdapat juga setidaknya dua faktor pembatas utama yang membatasi tindakan para aktor, faktor pembatas pertama adalah sumber daya dan akses yang dimiliki para aktor berbeda satu dengan yang lain. Bagi mereka yang memiliki sumber daya dan akses yang mencukupi maka tujuan -tujuan yang dituju akan lebih mudah tercapai, begitu

pula sebaliknya bagi mereka yang memiliki sumber daya dan akses yang kurang mencukupi maka akan sulit untuk mencapai tujuannya. Kemudian Friedman dan Hechter mengatakan, lembaga-lembaga sosial seperti pemerintah, sekolah, agama dan lain-lain menjadi faktor pembatas kedua pada tindakan individu. 

Di dalamya terdapat aturan yang mengatur aktor untuk mencapai tujuan tertentu, yang mana aturan tersebut disesuaikan dengan tujuan lembaga yang secara tidak langsung mencegah serta membatasi aktor untuk bertindak dalam mencapai tujuannya. Dalam kasus ini yang menjadi aktor utama ialah Ibu Kholifah selaku orang tua

Rizky, beliau berkeinginan menyekolahkan sang anak ke SLB dengan tujuan agar Rizky dapat bersekolah dan mendapatkan haknya dalam pendidikan. Namun keinginan tersebut tidak terwujud dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang kurang mencukupi, serta jarak SLB yang jauh juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan Ibu kholifah untuk mengurungkan keinginannya. 

Lembaga yang dimaksud disini adalah lembaga pemerintah, peran pemerintah masih kurang maksimal dalam memperhatikan pendidikan para difabel yang mana bantuan yang diberikan belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut terlihat dengan tidak adanya bantuan dari pemerintah untuk menunjang pendidikan Rizky dan para difabel lainnya, khususnya para difabel di wilayah Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.

Penulis 

Mokhamad Akbar Andrian F.  200910302014

Rozin Nuruddin Muhammad 200910302060

Savira Faradis 200910302093

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun