"Saya merasakan adanya tekanan dari keluarga dan masyarakat sekitar yang menganggap memiliki anak sebagai hal yang wajar dan diharapkan. Beberapa orang mungkin merasa bahwa dia tidak memiliki anak, dia mungkin engga akan ngerasain kebahagiaan yang sejati atau tidak akan memahami arti sejati dari keluarga. Namun, saya percaya bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan jalannya sendiri, termasuk dalam hal memiliki anak." Kata Sarah (28) seorang teller bank, belum menikah, dan ia termasuk kedalam generasi millenials.
"Aku sih sama kak Sarah. Di kalangan Gen Z kayak aku pun juga berpikir bahwa memiliki anak adalah pilihan yang sangat pribadi. Kita kan hidup di dunia yang semakin kompleks dan penuh dengan tantangan. Kita ingin memastikan bahwa kita bisa memiliki stabilitas finansial dan kebebasan untuk menjalani hidup sebelum mempertimbangkan untuk memiliki anak gitu, jadi aku pro childfree sih" Kata Aulia (22) mahasiswa magang, belum menikah dan termasuk dalam generasi Z.
Tidak hanya karena alasan pribadi, banyak millenials dan gen z yang menjadikan childfree menajdi sebuah trend. Melalui pernyataan Sarah dan Aulia, dapat disimpulkan bahwa trend childfree di kalangan millenials dan Gen Z dipengaruhi oleh tekanan sosial dan keluarga terkait ekspektasi untuk memiliki anak. Mereka menghadapi pandangan tradisional yang menempatkan nilai tinggi pada peran sebagai orangtua, namun mereka juga menyoroti kompleksitas kehidupan modern yang membutuhkan stabilitas finansial dan kebebasan sebelum mempertimbangkan memiliki anak.Â
Pilihan childfree dianggap sebagai hak individu untuk menentukan jalannya sendiri, menyoroti pentingnya otonomi dan kebebasan dalam pengambilan keputusan hidup. Dengan demikian, tren ini mencerminkan respons generasi millenials dan Gen Z terhadap dinamika sosial dan ekonomi yang semakin kompleks di zaman ini.
Maka dapat disimpulkan bahwa generasi millenials dan generasi Z semakin cenderung memilih childfree, bukan hanya karena tren, tetapi juga karena pertimbangan gaya hidup, finansial, dan lingkungan. Pengaruh konten digital, termasuk dari influencer seperti Gita Savitri, memperkuat pemikiran ini. Hal ini juga berdampak pada menurunnya tingkat pernikahan. Keputusan ini mencerminkan pemahaman bahwa memiliki anak adalah pilihan pribadi, menandai pergeseran budaya yang mendukung kebebasan individu dalam membuat pilihan hidup.
Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Produksi Media OnlineÂ
Dosen Pengampu : Indriani
Kelompok 5 :
- Mutiara Latifah Oktaviani 2106015204
- Athar Maulana Ahmad 2106015203
- Muhammad Dhafi Azhari 2106015280
- Amartian Bagus Prataman 2106015278
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H