Kalau datang kerumah masa Kanak-Kanak beliau, pasti ketenangan dan keteduhan yang didapat.
Rumah tua di jalan Banyumas-Menteng Jakarta Pusat, dekat Masjid Sunda Kelapa  itu bukan hanya tempat berkumpul Anak-anak dan Cucu Keluarga Motik saja, tapi tempat berdiskusi Anggota ISAFIS ( Indonesian Association For International Studies) dan  RISKA  (Remaja Islam Sunda Kelapa).Kebetulan waktu itu saya aktif di Organisasi Mesjid yang kelahirannya dibidani oleh Keluarga Motik.
Keluarga ini sangat relijius dan santun pada siapapun,tak pernah membedakan status sosial.Terbukti setiap  kami datang selalu melihat "Mbok", pembantu mereka sejak Kanak-Kanak diperlakukan dengan baik .
MASA REMAJA
Dewi Motik yang lahir tanggal 10 Mei 1949 dengan nama asli Sri  Puspa Dewi Motik, semasa gadisnya sudah terdidik untuk mandiri.Ibunya yang disapa "Bunda" oleh semua orang, mendidik Anak-Anaknya dengan cinta dan disiplin.
Meski gemar naik pohon seperti Laki-Laki,tapi Dewi Motik yang berasal dari keluarga Politikus sekaligus Pecinta Ilmu itu pandai memasak kue. Resep-resepnya unik yang Ia minta dari Istri-istri Duta Besar sahabat Orang tuanya.
Sang Bunda bangga, karna tanpa malu-malu Dewi  menawarkan kue untuk sahabat dan kerabat.Maka pesanan pun  banyak datang, dan sejak itulah  Dewi  punya penghasilan sendiri,sementara teman-teman remaja sebayanya yang sering Ia traktir jajan, masih bergantung pada Orang Tua.
Keberanian mencari uang rupanya diiringi juga dengan keberanian tampil didepan umum.Mulai dari memperagakan sulap untuk memeriahkan hari penting sahabat... dan dapat honor,sampai  berani lenggak-lenggok di Catwalk. Ia berhasil meraih gelar Ratu Luwes pada tahun 1968, dari Ikatan Mahasiswa Jakarta.
Tahun-tahun selanjutnya seperti rajutan semangat yang tak pernah putus.
Ayahnya Basyaruddin Rahman Motik Pengusaha Ekspor Impor,sebenarnya sudah melarang Ia cari duit diusia itu, tapi semangat Wira Usahanya tak bisa dihentikan, diam-diam ia merancang sepatu meniru gambar Majalah Eropa "Seventeen" oleh-oleh Kakaknya, Kemala Motik
Bermodalkan uang tabungan Rp 2500,- ia sukses menjual puluhan pasang sepatu kepada teman-teman ,yang ia pesan dari tukang sepatu di belakang Sekolahnya, SMA Teladan Setia Budi.