Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Mantan Juara Kelas

28 Agustus 2024   20:15 Diperbarui: 28 Agustus 2024   20:17 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar:freepik.com

Sang Mantan Juara Kelas

Dari jarak dua meter, Wuri sudah berteriak memanggil Iyon. Setelah dekat, ia duduk di bangku plastik di samping Iyon teman sekelasnya waktu SD. Sebenarnya, dulu keduanya bisa dibilang rival. Kalau bukan Wuri maka yang menyabet juara kelas ya, Iyon. Begitu seterusnya sampai enam tahun. Namun, setelah lulus keduanya berpisah dan bertemu lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Bukan sebagai teman tetapi sebagai pembeli dan penjual.

"Sepuluh ribu dua bungkus, satu pedes satu enggak," pinta Wuri, mencoba bersikap biasa meskipun perasaannya tak bisa setenang ucapannya.

Iyon, masih fokus dengan pekerjaannya. Setelah mengangkat butiran-butiran cimol berwana putih dari penggorengan, ia kemudian mematikan kompor. Kedua tangannya sibuk menyiapkan cimol ke kantong plastik dan memberikan bumbu tabur.

"Udah lama jualan, Cimol, Yon?" Mendengar pertanyaan itu, Iyon tersenyum. Meletakkan plastik di rak gerobak bagian atas kemudian duduk di bangku plastik tepat di samping Wuri setelah menggeser sedikit menjauh memberi jarak dengan wanita teman sekelasnya dulu itu.

"Kirain, kamu gak mengenaliku," jawab Iyon, sedikit sarkas. Baginya wanita di sampingnya sudah naik ke strata lebih tinggi. Meninggalkan teman-teman sekampungnya dulu. Wajar, jika gengsi mengakui Iyon sebagai teman sekolahnya dulu.

"Gak ada yang berubah dari kamu. Aku pikir kamu yang gak kenal lagi sama aku," timpal Wuri sambil tersenyum.

Baca juga: Muara, Rindu, Kita

Angin bertiup, menerbangkan aroma gurih dari Cimol yang digoreng. Udara panas di bawah terik matahari menjadi terasa sejuk dengan hembusan angin. Seakan memberi celah sepasang kawan lama itu untuk kembali menggali ingatan masa kanak-kanak dulu.

"Aku malu pulang kampung, liat teman-teman di kampung pada sukses. Sementara aku yang jauh-jauh merantau tetap aja blangsak."

"Blangsak gimana sih, Wur. Kamu jadi glowing gitu pasti enak kan hidup di Jakarta?"

"Kalau enak, pasti aku sering pulang nengokin ibu, Yon," keluh Wuri.

"Wur, inget gak dulu kamu suka pura-pura gak kenal kalau ketemu di jalan?" tanya Iyon, mengalihkan pembicaraan. Meskipun tidak pernah berkomunikasi, sedikit banyak Iyon, mendengar kabar dari tetangga-tetangganya, tentang kebangkrutan usaha Wuri di kota.

Wuri tertawa kemudian menjawab, "ha ha ha iya, sebenarnya itu aku malu bukan sombong. Harusnya kamu nyapa duluan, kamu kan cowok."

"Sama, aku juga malu lah, takut gak disautin sama kamu!"

Keduanya kembali tertawa, mengenang masa lalu. Entah bagaimana mulainya, keduanya kompak bercerita masa sekolah dulu dan membandingkan dengan masa anak-anak mereka sekarang.


"Bener ya, hidup itu sawang sinawang."

Setelah obrolan panjang tentang alasan keduanya tak pernah berani saling menyapa saat remaja. Wuri mengucapkan pepatah Jawa yang ia sendiri tidak tahu darimana sumbernya.

"Oh ya, kamu sengaja beli cimol apa mau nyamperin tukang cimol?"


"Keduanya salah, aku samperin kamu karena anakku nangis minta cimol!" Keduanya sontak tertawa, terlihat kompak. Namun sebenarnya keduanya mentertawakan hal berbeda. Mentertawakan nasib mereka sendiri-sendiri, yang pahit mereka rasakan sendiri, tetapi terlihat manis di mata orang lain.

Ruji, 28 Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun