"Kalau enak, pasti aku sering pulang nengokin ibu, Yon," keluh Wuri.
"Wur, inget gak dulu kamu suka pura-pura gak kenal kalau ketemu di jalan?" tanya Iyon, mengalihkan pembicaraan. Meskipun tidak pernah berkomunikasi, sedikit banyak Iyon, mendengar kabar dari tetangga-tetangganya, tentang kebangkrutan usaha Wuri di kota.
Wuri tertawa kemudian menjawab, "ha ha ha iya, sebenarnya itu aku malu bukan sombong. Harusnya kamu nyapa duluan, kamu kan cowok."
"Sama, aku juga malu lah, takut gak disautin sama kamu!"
Keduanya kembali tertawa, mengenang masa lalu. Entah bagaimana mulainya, keduanya kompak bercerita masa sekolah dulu dan membandingkan dengan masa anak-anak mereka sekarang.
"Bener ya, hidup itu sawang sinawang."
Setelah obrolan panjang tentang alasan keduanya tak pernah berani saling menyapa saat remaja. Wuri mengucapkan pepatah Jawa yang ia sendiri tidak tahu darimana sumbernya.
"Oh ya, kamu sengaja beli cimol apa mau nyamperin tukang cimol?"
"Keduanya salah, aku samperin kamu karena anakku nangis minta cimol!" Keduanya sontak tertawa, terlihat kompak. Namun sebenarnya keduanya mentertawakan hal berbeda. Mentertawakan nasib mereka sendiri-sendiri, yang pahit mereka rasakan sendiri, tetapi terlihat manis di mata orang lain.
Ruji, 28 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H