Ketika masih tinggal di kampung halaman, kata Munggahan tak pernah saya dengar. Karena memang kami tinggal di daerah Jawa. Akan tetapi ketika merantau dan tinggal di daerah Jawa Barat kata Munggahan semakin akrab di telinga.Â
Ketika masih mengajar dulu dulu, setiap mendekati Bulan Ramadhan, ada kebahagiaan sendiri yang dinanti-nanti. Karena pihak yayasan biasanya memberi amplop tambahan untuk bekal Munggahan.Â
Setelah tinggal di perumahan yang notabene warganya terdiri dari suku-suku yang berbeda, Munggahan menjadi agenda rutinan yang dilakukan menjelang Ramadhan. Tidak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dua minggu terakhir menjelang Ramadhan ada acara Munggahan (liwetan) di setiap gang, tak terkecuali gang kami tinggal tentunya.Â
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, acara Munggahan yang sering diadakan di gang, dengan menggelar karpet panjang di tengah jalan sebagai tempat makan bersama, kini acara Kami alihkan di sebuah rumah makan sederhana  dengan nuansa pedesaan. Meskipun demikian, hal itu tidak mengurangi kegembiraan dan keakraban warga. Setelah acara makan-makan selesai kemudian dilanjutkan dengan saling bermaaf-maafan. Diharapkan dengan ini semua hati dalam keadaan bersih ketika bertemu dengan Bulan Ramadhan nanti.Â
Warga perumahan yang memiliki profesi berbeda-beda dan lebih banyak para karyawan yang bekerja dari hari Senin hingga sabtu sehingga jarang saling berkumpul. Namun, dengan adanya acara Munggahan ini, warga saling berkumpul dan makan bersama. Hikmahnya keakraban antar warga semakin terjaga.Â
salam
Mutia AH
Ruji, 03 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H