Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Segala Kenangan tentang Perpustakaan Sekolah

28 Mei 2022   13:26 Diperbarui: 28 Mei 2022   13:31 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah keberuntungan besar jika bersekolah di sekolahan yang mempunyai perpustakaan. Hal itu yang saya rasakan semasa sekolah SD, SMP dan SMA.

Meskipun saya bersekolah di sebuah SDN terpencil di desa. Bahkan sekarang  sekolahan itu sudah tidak ada karena bangkrut dan tidak memiliki murid. Namun rasa beruntung itu masih tetap ada. Sebab dari sana banyak hal yang didapatkan selain ilmu, salah satunya adalah kenangan tentang perpustakaan.

Menghabiskan waktu di perpustakaan selama istirahat telah menjadi rutinitas setiap hari sejak kelas lima. Karena perpustakaan baru ada ketika saya kelas lima. Meskipun senang dengan kebebasan meminjam buku di sana tetapi ada hal yang disesalkan hingga sekarang.

Yaitu tidak adanya penjaga perpustakaan sehingga pada akhir kelulusan buku-buku di sana banyak yang rusak dan hilang. Ketika adik saya yang terpaut lima tahun lebih muda sekolah di sana, perpustakaan itu sudah tidak ada lagi. Saya yakin hal ini karena kurangnya penjagaan dan perawatan. Sangat disayangkan sekali bukan?

Ketika masuk sekolah lanjutan pertama, saya sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri yang membuat keberuntungan kembali dirasakan. Karena di sana juga terdapat fasilitas perpustakaan. Meskipun tidak sebesar waktu di SD bahkan kami (siswa-siswi) tidak melihat langsung seberapa banyak buku dan ragam buku yang dimiliki. 

Setidaknya kami bisa meminjam buku-buku pelajaran tanpa harus membeli. Karena sistim pinjam buku, cukup dengan menyebutkan buku  yang hendak dipinjam dari depan pintu ruang guru. Kemudian guru piket/penjaga perpus, akan mengambilkan. Entah waktu itu ada atau tidaknya buku cerita, saya tidak pernah mengetahuinya sama sekali.

Berbeda dengan SD dan MTs, perpustakaan di MAN tempat saya menempuh pendidikan lanjutan lebih besar dan teratur. Jumlah buku yang dimiliki lebih banyak dan variatif. Bukan hanya buku-buku pelajaran, buku-buku fiksi, ilmu pengetahuan lain pun dimiliki. Seingat saya ada lima lebih rak buku bertingkat dalam perpustakaan terisi penuh. 

Ruang buku dan ruang baca terletak di dalam dua ruangan berbeda yang di sekat dengan dinding kaca. Terdapat pintu seperti halnya loket sebagai tempat pendataan pinjam meminjam buku. Di mana di dinding kaca terdapat daftar buku yang tersedia, sehingga siswa tinggal menyebutkan judul buku ketika akan meminjam. 

Untuk kemudian petugas/penjaga perpustakaan akan mengambilkan buku yang dimaksud. Meskipun siswa-siswi tidak leluasa memilih buku mana yang hendak dibaca, setidaknya hal ini bisa alternatif untuk mengatasi akan hilangnya buku. Perlu diketahui juga, ada sebagian buku-buku yang bebas dibaca tanpa harus melalui loket pinjaman. 

Buku tersebut mungkin dinilai kurang menarik atau apa. Saya rasa buku-buku tersebut memang jarang dipinjam siswa-siswi karena bukan pelajaran. Bila diperhatikan, memang biasanya teman-teman minjam buku karena ada tugas pelajaran tertentu atau malas membuat catatan di buku tulis. Hal ini tentu berbeda dengan jaman sekarang yang dimana anak-anak sudah memiliki buku cetak sendiri-sendiri.

Selain yang disebutkan di atas ada hal menarik dari perpustakaan saya waktu itu. Yaitu tersedia ruang baca yang terbilang cukup nyaman. Terdapat meja-meja dan kursi-kursi yang bersekat sehingga, kami bisa nyaman dan fokus saat membaca buku. 

Meskipun sebagian ada yang menyalahgunakan untuk mojok/pacaran. Tak apalah dari pada pacaran di tempat sepi dan gelap-gelapan, itu lebih mengkhawatirkan. Walaupun sebenarnya pacaran tetap tidak bisa dibenarkan karena dilarang agama.

Bagi saya pribadi, perpustakaan sekolah adalah bagian penting dari sebuah pilihan untuk memilih sebuah sekolah. Tidak lengkap fasilitasnya jika tidak ada perpustakaan. Karena keberadaan perpustakaan merupakan bagian penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Bukan hanya sebagai tempat meminjam buku-buku secara gratis. Akan tetapi perpustakaan seyogyanya bisa sebagai tempat untuk mengumpulkan, menata, mengolah, menyimpan, melestarikan, merawat dan menyediakan bahan pustaka dalam berbagai bentuk. 

Sebagai pusat atau sumber bahan-bahan pustaka idealnya perpustakaan adalah tempat yang nyaman dikunjungi. Bukan hanya bagi siswa-siswi yang butuh buku atau hobi baca buku saja. Akan tetapi diharapkan pula perpustakaan bisa menarik minat murid-murid lain yang pada awalnya enggan dan sungkan datang ke perpustakaan menjadi tertarik juga untuk selalu menyambangi perpustakaan. 

Keberhasilan perpustakaan di sekolah merupakan cikal bakal keberhasilan perpustakaan Nasional. 

Berawal dari kesuksesan perpustakaan sekolah, semoga saja minat baca buku di Indonesia bisa meningkatkan. Cukup memprihatinkan, ya teman-teman. Indonesia tercatat sebagai negara yang minat bacanya terendah di dunia. Yaitu berada dalam urutan nomer dua dari bawah. Bagaimana menurut teman-teman, apa benar serendah itu minat baca warga Indonesia?

Mutia AH
Ruji, 28 Mei 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun