Aku berdiri saat angkot berhenti di depan halte, baru selangkah, pria itu menarik tanganku.
"Enggak, Bang," katanya pada sopir angkot membuat angkot yang kutunggu berlalu begitu saja.
"Kamu?" protesku menatap pria itu tajam.
"Mau sampai kapan kamu bersikap seperti ini? Lari dan terus menghindar!"
"Aku ... " kata-kataku terputus. Ada rasa bersalah menusuk.
"La, kenapa kamu seperti ini. Apa salahku?" tanyanya kemudian.
"Sudahlah. Itu sudah berlalu!" kilahku mencoba menghentikan perbincangan ini.
"Aku hanya butuh penjelasan. Kenapa dulu kamu pergi gitu aja?"
"Maaf," kataku lirih. Bulir bening menetes di sudut mata ada rasa bersalah menusuk. Aku pejamkan mata mencoba melupakan semua bayangan Yudi dan peristiwa lima tahun lalu, di halte depan sekolah.
"Ela! Ayo pulang!"
Aku membuka mata, lamunanku buyar seketika. Mas Aryo telah berada di hadapanku, duduk di atas motor bututnya.