"Iya, aku seneng banget ketemu, Kamu!" kataku tak kalah antusias.
Awal obrolan kami mengungkapkan perasaan lega dengan pertemuan tanpa rencana itu. Aku semakin merasa beruntung, sebab tujuan kami tak berbeda. Hanya letak kontrakan saja yang sedikit lebih jauh. Terpenting, kami turun di terminal yang sama.
Tak terasa bus melaju semakin jauh meninggalkan kota kecil tempat kelahiranku. Dari jendela terlihat langit sudah gelap. Terlihat lampu-lampu di luar bertebaran bagai bintang. Dari spanduk, poster dan baliho yang terpasang di pinggir-pinggir jalan, di kios-kios, pertokoan yang dilewati. Aku mengetahui telah sampai daerah mana bus ini.
Malam yang semakin larut ditambah efek obat anti mabuk membuatku tak bisa melawan kantuk. Menyadarkan tubuh ke badan kursi dan sedikit meluruskan kaki, kubuat diri nyaman dan tidur.
****
Entah berapa lama aku tertidur. Saat bangun bus telah sampai di depan sebuah rumah makan daerah Limbangan. Itu yang tertulis dalam poster di bagian depan atap restoran. Nampaknya di sini adalah rest area khusus bus, terlihat ada sekitar lima bus yang sama dengan tujuan berbeda-beda.
"Kemana?" tegur Santi saat melihatku beranjak.
"Toilet. Kebelet! Ikut?" jawabku dengan bertanya balik, ia mau ikut atau tidak ke toilet.
Aku bergegas turun setelah memastikan Santi menjawab tidak, karena desakan dari perut yang tak bisa dikompromi.
Begitu turun, aku tengok kanan kiri. Berkeliling pandangan mencari toilet dan bergegas setelah memastikan lokasi parkir bus. Ternyata di toilet penuh, mau tidak mau harus antre terlebih dahulu. Sekitar sepuluh menit dan selesai berhajat, aku bermaksud kembali naik lokasi parkir bus.
Mataku terbelalak. Seketika degup jantungku berdegup kencang melihat halaman luas rumah makan penuh dengan puluhan bus yang sama tetapi tujuan dan nomer seri berbeda. Di mana busku?
Kuedarkan pandangan ke sekeliling, mencari bus dengan tujuan Cilacap-Bekasi. Namun ternyata, tidak hanya satu bus dengan rute yang sama. Aku mencoba tetap tenang meski cemas mulai menerjang.
Aku coba naik ke salah satu bus tetapi setelah di dalam, ternyata tak ada satu pun wajah yang kukenal. Seharusnya ada Santi di bangku nomer 12. Tetapi gadis itu tak nampak. Aku kembali turun kemudian naik lagi ke bus lain dengan tujuan yang sama. Lagi-lagi wajah, dan suasana asing yang didapat. Hingga lima kali turun naik bus, belum juga kutemukan bus yang dicari.