Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng Sandikala

2 Desember 2020   09:40 Diperbarui: 2 Desember 2020   09:51 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumi tergopoh-gopoh keluar dari rumah, saat ia mendengar kedatangan Yanto.

"Tolong Om, cariin anak saya Om!" ucap Sumi di sele-sela tangisnya. 

Tanpa kata Yanto kemudian berjalan mengitari halaman. Mulutnya komat-komit merapal do'a.  Orang-orang yang hadir hanya menyaksikan sambil menunggu. 

Tiba-tiba langkah Yanto,  berhenti. Tatap matanya tertuju pada kadang ayam di seberang jalan. 

"Mbak Sumi, kemarilah," panggilnya kemudian. 

Sumi mendekat ke arah Yanto. 

"Lihat," tangan kanan Yanto menunjuk ke Kandang ayam. 

"Astaghfirullah hal 'adziim!" Sumi terpekik. Begitupun yang hadir. 

Tumbuh indah meringkuk di pinggir kandang ayam. Ia tampak tertidur pulas Sumi di bantu warga membopong tubuh kecil itu. 

Setelah dibaringkan di sofa, Sumi menepuk-nepuk pipi Indah agar terbangun. "Indah,bangun, Sayang" Perlahan Indah membuka mata. 

"Indah, anak Ibu sayang," ucap Sumi sambil memeluk putrinya. Namun Indah nampak kebingungan, ia melihat orang-orang dengan tatapan kebingungan. Sinar matanya redup, wajahnya pucat, ia terlihat kelelahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun