Mohon tunggu...
Mutia Senja
Mutia Senja Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Salah satu hobinya: menulis sesuka hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Resensi Buku Puisi] Memeluk Hujan

19 Maret 2019   20:43 Diperbarui: 19 Maret 2019   20:55 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/alfinrizal

Walaupun sehujan puisi yang ia ciptakan ini membuktikan bahwa dirinya tidak pernah membenci hujan. Seumpama kesedihan, ia mengambil sisi teduh saat hujan turun. Sama halnya ketika ia menutup bait-bait aksaranya dengan pesan, "Jangan salahkan hujan saat ia turun dan membuatmu pilu sebab rindu. Hujan sudah menanggung rindu yang lebih berat dan banyaknya melebihi rintiknya sendiri."

Sebagai pembaca, saya ingin menjadi hujan yang rindu membasahi lautan. Sebab, ada atau tidak adanya hujan, lautan telah menjelma muara paling basah. Barangkali itulah yang orang-orang ketahui, meskipun di hadapan penyair, lautan kering dan cintalah muara paling basah setelah kau dan aku bersatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun